Liputan6.com, Jakarta - Program vaksinasi COVID-19 telah dimulai di kamp migran di Pulau Lesbos Yunani pada Kamis (3/6).
Namun, banyak pengungsi masih ragu-ragu untuk menerima suntikan vaksin COVID-19.
"Beberapa orang takut divaksinasi -- mereka menentangnya dan tidak mencantumkan nama mereka," ucap seorang pencari suaka Kongo, Neihnman (36), kepada AFPÂ yang dikutip Jumat (4/6/2021).
Advertisement
Kamp itu saat ini menampung sekitar 6.000 migran, bagian dari gelombang besar kedatangan sejak 2015 dari mereka yang melarikan diri dari konflik dan kemiskinan di Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika.
Para pengungsi disambut di tenda vaksinasi besar.
Antrian pun dibagi dalam kelompok lima orang saat vaksinasi COVID-19 di kamp berlangsung.
"Hanya berlangsung 20 detik. Jangan khawatir, komplikasi sangat jarang terjadi," kata seorang dokter dalam upaya meyakinkan penerima vaksin.
Para pekerja medis memeriksa riwayat kesehatan para pengungsi dan memberi tahu mereka tentang kemungkinan efek samping sebelum memberikan dosis vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.
"Kami berharap kecepatannya akan meningkat dalam beberapa hari mendatang," kata direktur kamp, Nikos Babakos.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Yunani akan Perluas Program Vaksinasi COVID-19 di Kamp Pengungsian
Hampir 50 orang di kamp pengungsian telah mendaftar untuk menerima vaksin COVID-19 sejauh ini, menurut pejabat kesehatan setempat, Anastasios Chatzis.
Kepala suaka Yunani, Manos Logothetis mengatakan kepada kantor berita ANA bahwa di seluruh kamp pengungsi di pulau Lesbos, Samos dan Chios, "hanya 15 persen pencari suaka yang saat ini menunjukkan minat untuk divaksinasi".
Kementerian Migrasi Yunani mengatakan bahwa vaksinasi itu akan diperluas di semua kamp di Yunani minggu depan.
Neihnman mengatakan dia ingin divaksinasi dengan harapan pada akhirnya akan memungkinkan untuk meninggalkan wilayah Lesbos dengan lebih mudah.
"Langkah-langkah untuk keluar dari kamp sangat ketat - kami harus melakukan tes cepat (antigen) setiap saat," kata Neihnman.
Advertisement