Sukses

Kamp Pelatihan hingga Helm Ejakulasi, 5 Strategi Unik Konservasi Hewan

Berikut adalah beberapa strategi unik konservasi satwa liar yang telah berhasil.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah utama yang dihadapi oleh ahli biologi konservasi adalah populasi -- antara terlalu banyak atau tidak cukup.

Karena keragaman dalam kerajaan hewan dan tumbuhan, banyak pekerjaan konservasi berkaitan dengan cara paling efektif untuk mendorong spesies yang terancam punah untuk bereproduksi.

Dikutip dari List Verse, Selasa (8/6/2021), berikut adalah beberapa strategi konservasi satwa liar yang berhasil:

2 dari 5 halaman

1. Kamp Pelatihan Panda

Beberapa program penangkaran panda sering berakhir dengan hasil yang menyedihkan, seperti ketika Xiang Xiang, panda asal penangkaran dibunuh hanya satu tahun setelah dilepaskan ke alam liar.

Dari insiden tersebut, ide kamp pelatihan panda muncul.

Tao Tao adalah panda raksasa yang dibesarkan di Cagar Alam Wolong dengan tujuan mempersiapkannya untuk hidup di alam liar. Selain pelatihan ibunya dalam keterampilan dasar seperti memanjat, para ilmuwan menempatkannya melalui latihan untuk mempersiapkan Tao Tao menghadapi bahaya seperti badai, tanah longsor, dan predator.

Mereka juga berinteraksi dengannya mengenakan kostum dan aroma panda agar ia tidak terbiasa dengan manusia.

Setelah dibebaskan pada 2012 dan ditangkap kembali untuk pemeriksaan kesehatan pada 2017, ia dilaporkan berhasil tumbuh subur di alam liar berkat sekolah bertahan hidup panda Wolong yang sekarang membesarkan beberapa anak panda setiap tahunnya.

2. Pengawasan Dugong dengan Drone

Dugong adalah kerabat timur dari manatee yang habitatnya penting bagi ekosistem pesisir samudera Hindia dan Pasifik Barat.

Karena mereka adalah hewan yang pemalu, para ilmuwan sangat sulit untuk memantau spesies unik yang terancam ini dengan menggunakan metode tradisional.

Maka itu, penggunaan drone adalah hal yang paling efektif. Alat itu diluncurkan dari kapal kecil dan mengumpulkan ribuan gambar dalam penerbangan yang dianalisis oleh algoritma pendeteksi dugong yang membuatnya 70% akurat.

Dengan cara tersebut, para peneliti dapat menyusun peta kepadatan populasi untuk spesies yang rentan ini dalam beberapa hari -- sebuah proses yang berguna dan menghemat waktu.

3 dari 5 halaman

3. Elektroejakulasi

Inseminasi buatan adalah sesuatu yang biasa terjadi di bidang pertanian dan konservasi. Namun, tidak semua hewan dapat diambil 'sampel-nya' dengan mudah -- seperti singa atau harimau.

Maka itu, salah satu solusi untuk hal tersebut adalah untuk menggunakan teknik elektroejakulasi.

Sebuah kisah sukses terjadi baru-baru ini di Kebun Binatang Singapura saat metode tersebut menghasilkan anak singa bernama Simba.

4 dari 5 halaman

4. Bangau Bohongan

Jika ingin bergaul dengan bangau, Anda harus terlihat seperti salah satu dari mereka. Itulah ide di balik program pengembakbiakan burung bangau rejan dengan manusia pengganti berjubah putih dan boneka tangan berbentuk bangau.

Bangau rejan yang dibesarkan oleh manusia seringkali membekas pada ingatan mereka, mengenali mereka sebagai pengasuh.

Hal ini dapat menyebabkan krisis identitas yang serius ketika bangau mencapai usia kawin dan melihat manusia sebagai calon pasangan.

Solusi yang jelas adalah dengan membodohi burung bangau dengan berpikir bahwa kita juga burung bangau.

Upaya konservasi seperti ini telah membantu membawa bangau rejan kembali dari ambang kepunahan dari hanya tersisa 16 bangau pada 1940, sekarang di alam liar ada lebih dari 800.

5. Helm Ejakulasi Burung

Sirocco si kakapo adalah burung dari Selandia Baru yang menyukai manusia. Burung beo nokturnal yang hampir tidak bisa terbang ini berasal dari spesies yang hampir punah teteapi kembali lagi karena upaya pengembakbiankan.

sayangnya untuk Sirocco, mereka tumbuh di sekitar manusia yang membuatnya terlalu nyaman sehingga memiliki minat sedikit untuk kawin dengan jenisnya sendiri.

Saking nyamannya, hewan tersebut mencoba untuk kawin dengan manusia yang pernah dilihat dalam video viral pada 2009 di mana ia menunggangi ahli zoologi Mark Cawardine.

Kecintaannya pada kepala manusia menyebabkan para ilmuan mencipatakan 'helm ejakulasi' menggunakan sepotong penutup kepala karet yang ditutupi oleh lubang kecil untuk menampung air mani.

 

5 dari 5 halaman

Infografis . Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk