Liputan6.com, Jakarta - Korban tewas akibat tabrakan kereta api di Pakistan bertambah jadi 62 orang.Â
Kereta Millat Express sedang melakukan perjalanan dari Karachi ketika tergelincir di dekat kota Ghotki, provinsi Sindh, pada Senin dini hari. Sementara itu, kereta Sir Syed Express yang melaju dari arah berlawanan, dari Rawalpindi, lalu menabraknya.
Tidak diketahui apa yang menyebabkan kereta Millat Express keluar dari rel.
Advertisement
Para petugas membutuhkan waktu satu setengah hari untuk membersihkan puing-puing kedua kereta dari lokasi.
Pada Selasa sore, setelah gerbong dibersihkan, jalur kereta api utara-selatan utama negara itu dibuka kembali.
Tentara paramiliter dan penyelamat resmi bekerja sama di lokasi mencari gerbong kereta yang terbalik, dibantu oleh penduduk setempat.
Gul Mohammad, yang bekerja dengan layanan ambulans Yayasan Edhi, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia adalah salah satu dari banyak orang yang membantu membawa penumpang yang terluka ke rumah sakit terdekat.
"Kami melakukan apa pun yang kami bisa untuk membantu para penumpang," katanya. "Kami mengambil jasad."Â
Dia menambahkan bahwa jenazah itu dibawa dengan traktor ke rumah sakit di kota-kota terdekat karena tidak ada jalan di dekat lokasi kecelakaan.
Penyelidikian Penyebab Kecelakaan
Sher Mohammad, seorang petani yang tinggal di dekatnya dan menyirami ladangnya di pagi hari, mengatakan dia melihat kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 03:30Â waktu setempat.
"Setelah itu, ada banyak teriakan dan tangisan dari orang-orang yang kesakitan," katanya.Â
"Kami semua bergegas ke sana, bersama dengan penduduk desa di sekitar. Kami melihat pemandangan yang mengerikan di sini. Kami membawa air dan mengambil anak-anak. Penumpang yang keluar dari kereta sebagian besar kesakitan, dan kami memberi mereka air."
Perdana Menteri Imran Khan mengatakan pada hari Senin bahwa dia "terkejut" oleh kecelakaan itu dan bahwa dia telah memerintahkan "penyelidikan komprehensif" atas apa yang terjadi.
Menteri Informasi Fawad Chaudhry mengatakan bahwa jaringan kereta api di negara itu telah kehilangan dana yang seharusnya diinvestasikan untuk waktu yang lama.
Advertisement