Liputan6.com, Miyashiro - Seekor badak putih berusia lima tahun telah melakukan perjalanan dari Taiwan ke Jepang untuk menemukan cinta.
Dikutip dari BBC, Jumat (11/6/2021), badan yang bernama Emma itu memulai masa tinggalnya di Kebun Binatang Tobu Jepang dengan badak berusia 10 tahun, Moran, yang akan menjadi pelamar pertamanya.
Baca Juga
Ia dipilih dari sekelompok 23 badak lainnya untuk dikirim ke Jepang karena memiliki kepribadian yang lembut dengan staf mengatakan ia "jarang berkelahi."
Advertisement
Perjalanan yang Ditunda karena COVID-19
Emma tinggal di kebun binatang sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah badan putih penangkaran di Asia.
Menurut organisasi World Wide Fund for Nature (WWF), badak putih diklasifikasikan sebagai hampir terancam dengan sekitar 18.000 tersisa di alam liar.
Badak tersebut tiba pada hari Selasa 8 Juni 2021 setelah perjalanan sekitar 16 jam dari Taman Safari Leofoo di Taiwan.
"Setelah beberapa penundaan karena virus corona, Emma, ​​badak putih selatan, tiba di kebun binatang kami pada malam 8 Juni," kata kebun binatang Saitama Tobu dalam sebuah pernyataan.
"Kami perlahan membuka peti kemas yang diletakkan di depan kamar tidurnya. Emma, ​​tanpa menunjukkan tanda-tanda malu, langsung masuk ke kamar tidur."
Seharusnya Emma dikirim pada bulan Maret tetapi rencananya gagal karena COVID-19. Namun, ia menggunakan penundaan tersebut untuk mempersiapkan kepindahannya dengan penjaga yang membiasakannya dengan kata-kata Jepang untuk "datang" dan tidak".
Staf di Taman Safari Leofoo sebelumnya mengatakan ukuran Emma yang kecil juga membuatnya lebih mudah untuk dikirim ke luar negeri.
Perusahaan pengembangbiakan kebun binatang telah berperan penting dalam meningkatkan jumlah kawanan badan putih selatan.
Walau begitu, sepupu utara mereka tidak seberuntung mereka dengan hanya dua dari mereka yang tersisa -- keduanya betina -- yang berarti spesies tersebut kemungkinan akan segera punah apabila para ilmuwan tidak memiliki rencana.
Saat ini, perburuan liar adalah ancaman utama yang dihadapi semua spesies badak.
Mereka diburu untuk tanduknya yang seperti rambut dan kuku manusia, terbuat dari keratin sebagai afrodisiak atau obat kanker -- sesuatu yang belum terbukti secara ilmiah.
Â
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement