Liputan6.com, Christchurch - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Senin (14/6) mengkritik rencana pembuatan sebuah film mengenai responsnya terhadap serangan masjid di Christchurch pada 2019.
Jacinda Ardern menyebut film itu tidak tepat waktunya dan fokus pada subyek yang keliru, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (14/6/2021).
Film yang didukung AS,"They Are Us", telah memicu kecaman dari kalangan Muslim Selandia Baru. Para pemuka masyarakat mengecam proyek itu karena mendorong narasi "orang kulit putih sebagai penyelamat."
Advertisement
Seorang laki-laki bersenjata pendukung supremasi kulit putih melepaskan tembakan membabi buta di dua masjid saat ibadah salat Jumat, menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya.
Ardern mengatakan serangan itu masih “sangat pedih” bagi banyak warga Selandia Baru.
Dia mengatakan pembuat film tidak pernah berkonsultasi dengannya mengenai film yang rencananya akan dibintangi oleh Rose Byrne sebagai pemimpin berhaluan tengah-kiri itu.
"Dalam pandangan saya, pandangan pribadi saya, rasanya terlalu dini dan sangat perih bagi Selandia Baru," kata Jacinda Ardern kepada TVNZ.
"Dan sementara ada begitu banyak kisah yang harus diceritakan pada suatu saat nanti, saya tidak menganggap kisah saya yang perlu diceritakan — melainkan kisah komunitas, kisah keluarga."
Pujian Untuk Ardern
Ardern mendapat pujian karena berempati dan inklusif dalam menangani insiden penembakan massal terburuk dalam sejarah modern Selandia Baru, termasuk mengenakan kerudung ketika menemui keluarga korban.
Judul film itu merujuk pada kata-kata yang pernah Ardern sebut dalam sebuah pidato yang disampaikannya segera setelah serangan itu.
Dalam pidato itu dia berjanji akan mendukung komunitas Muslim dan memperketat UU senjata api.
Advertisement