Liputan6.com, Sabah - Hiu karang sirip putih adalah hewan yang menjadi daya tarik populer bagi yang datang untuk menjelajahi situs menyelam dan terumbu karang di Malaysia. Biasanya, kelompok hiu ini bisa ditemukan beristirahat di siang hari dan menjadi aktif pada malam hari saat mereka berburu.
Namun, baru-baru ini, ada sesuatu yang berbeda dari para hiu tersebut dan menurut para ahli, perubahan iklim dapat menjadi penyebabnya.
Dikutip dari Mashable SE Asia, Selasa (15/6/2021), saat fotografer bawah air Jason Isley menemukan hiu karang sirip putih di lepas pantai Sabah di Pulau Kalimantan, ia tidak menyangka untuk melihat sesuatu yang terlihat seperti luka serta bintik-bintik aneh di kepala mereka.
Advertisement
Menurut tim ahli yang melakukan survei di perairan Pulai Sipadan, setiap kelompok hiu yang ditemukan menunjukkan bintik hitam dan lesi kulit yang sama yang berarti hiu yang ditemukan oleh Isley adalah insiden yang meluas.
Akibat Perairan yang Suhunya Meningkat 1 Derajat
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada para hiu, tim mengukur suhu permukaan laut di Sipadan dan menemukan peningkatan menjadi 29,5 derajat celcius -- satu derajat lebih tinggi dari 1985.
"Kita hampir pasti dapat menganggap lautan yang memanas memiliki peran dalam apa yang kita lihat dengan hiu yang sakit-sakitan di Sipadan," kata ahli biologi kelautan senior Davies Austin Spiji, yang bekerja dengan kelompok konservasi nirlaba Reef Guardian.
Temuan tersebut secara efektif mengesampingkan kondisi tersebut terjadi karena manusia karena Sipadan adalah kawasan laut yang terlindung -- di mana penangkapan ikan sangat dilarang.
"Kita tidak dapat mengabaikan bahwa perubahan sedang terjadi di sana karena suhu yang lebih tinggi," jelas Mohamed Shariff Mohamed Din, seorang profesor studi kedokterwan hewan akuatik di Universitas Putra Malaysia.
Temuan baru tersebut juga berkolerasi dengan insiden pemutihan karang baru-baru ini di daerah itu.
Para ahli di daerah tersebut belum melakukan studi ilmiah lengkap tentang fenomena itu.
Upaya sebelumnya untuk menangkap beberapa hiu yang sakit untuk mengumpulkan sampel pada bulan Mei berakhir dengan kegagalan karena pada saat itu, para ahli kesulitan untuk menemukannya.
Namun, tim ahli berencana untuk melakukan upaya lain pada Juli dengan harapan kali ini mereka akan berhasil untuk menangkap setidaknya beberapa spesimen untuk mengetahui apa sebetulnya terjadi.
"Jika kita bisa mendapatkan spesimen hiu, setidaknya kita bisa mengetahui penyebab patogen dari lesi tersebut," ujar Mabel Manjaji-Matsumoto, dosen senior di Borneo Marine Research Institute Univestias Malaysia Sabah.
Â
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement