Liputan6.com, London - Inggris melaporkan kasus harian Virus Corona COVID-19Â tertinggi sejak Februari 2021.
Penambahan itu menandai tanda-tanda penyebaran varian baru Virus Corona yang lebih menular yang pertama kali ditemukan di India.
Negara tersebut melaporkan 9.055 kasus infeksi COVID-19 pada Rabu 16 Juni, tertinggi sejak 25 Februari 2021. dan naik hampir seperlima dibandingkan sehari sebelumnya.
Advertisement
Inggris juga mencatat sembilan kematian tambahan akibat COVID-19 dalam 28 hari.
Pekan ini, Inggris menunda rencana untuk mencabut sebagian besar pembatasan COVID-19 yang tersisa selama sebulan, dengan mengatakan bahwa waktu tambahan akan digunakan untuk mempercepat program vaksinasi Inggris - yang sudah menjadi salah satu yang paling maju di dunia.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Inggris Lanjutkan Lockdown Sebulan Akibat COVID-19 Varian Delta
Kehadarian Virus Corona varian delta dari India juga menjadi alasan perpanjangan lockdown di Inggris.
"Saya pikir bijak untuk menunggu sedikit lagi," ujar PM Inggris Boris Johnson seperti dikutip dari Associated Press.Â
"Dengan menjadi waspada, kita kini memiliki peluang untuk menyelamatkan ribuan nyawa selama empat pekan ke depan dengan memvaksinasi lebih banyak jutaan orang lainnya," kata PM Johnson.
Keputusan lockdown ini akan berlangsung hingga 19 Juli 2021 mendatang. Program vaksinasi ini penting untuk mencegah varian delta yang menular antara 40 hingga 80 persen.
PM Johnson mengatakan pada 19 Juli 2021, dua per tiga populasi orang dewasa akan sudah divaksinasi dua dosis, termasuk warga usia 50 tahun ke atas. Warga usia 18 tahun ke atas juga akan ditawarkan vaksinasi.
Analisis dari Public Health England menunjukan bahwa dua dosis vaksin COVID-19 sangat efektif melawan varian delta. Vaksin Pfizer aktif 96 persen dan AstraZeneca aktif 92 persen.
Pihak Konfederasi Industri Inggris menyesalkan keputusan penundaan pencabutan lockdown ini, tetapi memahami alasan pemerintah. Meski demikian, mereka meminta agar regulator menyadari dampak lockdown kepada industri hospitality dan leisure.
Advertisement