Liputan6.com, Hong Kong - Pemerintah Hong Kong meluncurkan kampanye Early Vaccination for All (vaksinasi dini untuk semua) agar mempercepat imunitas massal. Program vaksinasi COVID-19 akan digenjot selama tiga bulan ke depan untuk meraih tujuan ini.
"(Early Vaccination for All) secara signifikan meningkatkan tingkat vaksinasi dalam waktu periode tiga bulan kedepan sampai akhir bulan Agustus, sehingga kehidupan warga Hong Kong dapat kembali normal dengan cepat," tulis rilis resmi perwakilan Hong Kong di Indonesia, Hong Kong Economic and Trade Office (HKETO), Jumat (18/6/2021).
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah serta berbagai sektor juga berkolaborasi agar mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.
Berdasarkan data situs COVID-19 Hong Kong, ada 1,8 juta warga yang mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19, lalu ada 1,2 juta orang yang mendapatkan vaksin dosis kedua.
Dalam sehari, Hong Kong bisa menyalurkan hingga 38 ribu vaksin. Totalnya, ada 3 juta vaksin yang sudah disuntikan.
Hong Kong menggunakan vaksin Sinovac Biotech (Hong Kong), serta vaksin Comirnaty buatan Fosun Pharma yang bekerja sama dengan BioNTech di Jerman. Vaksin Comirnaty sama dengan vaksin Pfizer, yakni menggunakan mRNA.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
WHO Minta Indonesia Perketat PSBB Akibat Kasus COVID-19
Beralih ke situasi dalam negeri, WHO telah meminta Indonesia untuk memperkatat protokol kesehatan akibat lonjakan kasus COVID-19. Kondisi Indonesia disebut diperparah dengan varian baru.Â
"Penambahan drastis di okupansi kasur pekan ini di provinsi-provinsi berisiko tinggi adalah kekhawatiran besar dan memerlukan implementasi kebijakan kesehatan publik dan sosial yang lebih ketat, termasuk PSBB," tulis Situation Report WHO pada 16 Juni 2021, dikutip Jumat (18/6).
WHO turut menyorot naiknya grafik kasus harian COVID-19. Turut diingatkan juga bahwa jumlah kenaikan kasus harian itu bukanlah pasien pada hari yang sama, pasalnya tes di laboratorium bisa membutuhkan waktu satu minggu untuk menunjukan hasil.
Pada tanggal 7 hingga 13 Juni 2021, WHO menyorot kenaikan hingga ratusan persen di berbagai wilayah Indonesia, seperti Papua (967 persen), Sulawesi Tenggara (205 persen), DKI Jakarta (123 persen), Sulawesi Selatan (82 persen), Maluku Utara (81 persen), Jawa Tengah (73 persen), Gorontalo (62 persen), Banten (61 persen), Yogyakarta (61 persen), Jambi (58 persen), serta Jawa Timur (52 persen).
Kasus di Papua tinggi berdasarkan hitungan naiknya kasus mingguan dari 12 menjadi 128. WHO juga menyebut ada masalah internet di Papua sehingga memberikan pengaruh terhadap pelaporan data.
Berdasarkan data terkini Satgas COVID-19, total kasus di Indonesia mencapai 1,95 juta kasus. Kasus harian sudah tembus 10 ribu per hari dan Jakarta juga mencatat kasus harian yang tinggi.
Advertisement