Sukses

India Selidiki Dugaan Serangan Drone di Pangkalan Udara Jammu

India sedang menyelidiki dugaan terjadinya serangan drone di Pangkalan Udara Jammu.

Liputan6.com, New Delhi - Para penyelidik di India sedang menyelidiki dugaan serangan pesawat tak berawak di sebuah pangkalan udara di wilayah utara negara itu. Para ahli menyebut, serangan itu akan menjadi serangan pesawat tak berawak pertama di India, dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di instalasi militer.

"Dua ledakan intensitas rendah dilaporkan Minggu pagi di area teknis Stasiun Angkatan Udara Jammu. Satu serangan menyebabkan kerusakan ringan pada atap sebuah bangunan sementara serangan lainnya menyebabkan ledakan di area terbuka," tulis Angkatan Udara India di Twitter, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (28/6/2021).

"Tidak ada kerusakan pada peralatan apa pun. Investigasi sedang berlangsung bersama dengan lembaga sipil," terang Angkatan Udara India.

Direktur Jenderal Polisi Jammu dan Kashmir, Dilbagh Singh, mengatakan bahwa "drone dengan muatan" diduga telah digunakan untuk "menjatuhkan bahan peledak".

Dalam sebuah wawancara dengan Press Trust of India, Singh menyebut insiden itu sebagai "serangan teror".

Adapun laporan surat kabar Indian Express yang mengatakan bahwa dua orang telah ditangkap sejauh ini atas insiden tersebut, sementara dua orang di pangkalan udara menderita luka ringan.

Sebuah tim dari satuan tugas kontra-terorisme India, Badan Investigasi Nasional, telah menghubungi otoritas di Jammu untuk menyelidiki insiden tersebut, kata seorang pejabat kepada AFP.

Sementara itu, polisi setempat juga dilaporkan telah mengajukan pengaduan pertama terkait serangan itu di bawah undang-undang anti-terorisme.

Namun, Singh tidak menyebut individu atau kelompok mana yang dicurigai bertanggung jawab atas serangan tersebut.

2 dari 3 halaman

Mantan Letnan Jenderal India Serukan Pemantauan Aktivitas Drone

Pensiunan Letnan Jenderal India, DS Hooda, yang hingga 2016 mengepalai Komando Utara India, mengatakan sistem radar militer negara itu dapat mendeteksi ancaman seperti pesawat terbang dan kendaraan udara tak berawak yang lebih besar - tetapi mungkin bukan drone.

"Itu bisa menjadi serangan yang kuat - tidak perlu secara fisik melintasi sebuah fasilitas militer, serangan bisa terjadi dari udara," kata Hooda kepada AFP tentang insiden di Jammu.

"Kita harus mulai memantau secara serius aktivitas drone dan menyiapkan sistem anti-drone sesegera mungkin," pungkasnya.

Singh mengatakan bahwa pada Minggu malam, polisi menemukan sebuah alat peledak dengan berat sekitar lima sampai enam kilogram di lokasi yang berbeda, dan satu tersangka telah ditahan - tetapi mengatakan kepada media lokal bahwa penangkapan itu tidak terkait dengan serangan di pangkalan udara Jammu.

Dia juga mengatakan bahwa "serangan teror besar" telah dicegah, karena perangkat itu diduga "diterima oleh operasi LET (kelompok militan Lashkar-e-Taiba) dan disebut akan ditempatkan di beberapa tempat ramai".

Diketahui, Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan, ditetapkan oleh PBB sebagai organisasi teroris.

3 dari 3 halaman

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah COVID-19