Liputan6.com, Fukushima - Seorang peneliti dari Universitas Fukushima, Jepang, Donovan Anderson, menjelaskan dalam studinya bahwa saat manusia meninggalkan wilayah tersebut setelah bencana nuklir, babi hutan mengambil alih.
Dikutip dari BBC, Rabu (30/6/2021), studi genetiknya tentang babi hutan yang berkeliaran di daerah yang sebagian besar ditinggalkan setelah bencana nuklir Jepang 2011 telah mengungkapkan bagaimana hewan itu berkembang biak.
Menggunakan sampel DNA, ia juga menemukan bahwa babi hutan telah dikembangbiakkan dengan babi domestik yang melarikan diri dari peternakan.
Advertisement
"Sementara radiasi tidak menyebabkan efek genetik, spesies babi domestik yang invasif memilikinya," jelas Anderson.
Bencana di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima disebabkan oleh gemba bumi terbesar yang pernah melanda Jepang. Gelombang raksasa melonjak di atas pertahanan dan menyebabkan banjir di reaktor nuklir. Setelah itu, zona di sekitar pabrik yang rusak dievakuasi.
Populasi Manusia Mulai Meningkat
Temuan Anderson diterbitkan dalam jurnal Proceedings B melukiskan gambaran biologis dari eksperimen besar-besaran yang disebabkan oleh bencana nuklir. Para ilmuwan menggunakan DNA untuk melacak warisan peristiwa di area tersebut untuk mencari tahu apa yang terjadi pada hewan liar di daerah yang terkontaminasi radiasi yang tiba-tiba ditinggalkan oleh manusia dan diserang oleh hewan ternak domestik.
Meneliti DNA babi hutan dan babi domestik yang melarikan diri menunjukkan bahwa apa yang disebut para penelti sebagai "invasi biologis" dapat dilihat pada gen babi hutan.
Ini juga mengungkapkan bahwa gen babi domestik secara bertahap "diencerkan" dari waktu ke waktu.
"Saya pikir babi tidak dapat bertahan hidup di alam liar, tetapi babi hutan tumbuh subur di kota-kota yang ditinggalkan - karena mereka sangat kuat," jelas Donovan Anderson.
Menurutnya, walau daerah yang dievakuasi adalah asal babi-babi kawin silang tersebut, para babi hibrida kemudian berkembang biak dengan babi hutan. Seperti yang dikatakan oleh Prof Shingo Kaneko dari Institut Radioaktivitas Lingkungan Universitas Fukushima, "Gen invasif itu menghilang, dan situasi alaminya kembali."
Sejak 2018, populasi manusia di daerah yang sebelumnya ditinggalkan mulai meningkat.
"Manusia adalah satu-satunya pemangsa babi hutan ini," kata Anderson. "Jadi ketika orang-orang kembali, akan sangat menarik untuk melihat apa yang dilakukan babi hutan itu."
Â
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement