Liputan6.com, Jakarta - Indonesia naik ke peringkat 16 kasus COVID-19 tertinggi di dunia dengan total 2,3 juta kasus saat ini. Posisi Indonesia berada setelah Meksiko (2,5 juta kasus).
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Selasa (6/7/2021), Indonesia telah melewati posisi Ukraina (2,3 juta). Meski Meksiko masih lebih tinggi, kasus harian di negara itu mulai melandai.
Advertisement
Baca Juga
Grafik kasus harian Indonesia sedang meroket sangat tinggi. Kasus harian COVID-19 sudah sekitar 28 ribu di Indonesia, sementara di Meksiko sudah di level 2.000 kasus sehari.
Terakhir kali Meksiko mengalami lonjakan kasus seperti di Indonesia adalah pada Februari 2021 ketika kasus tembus 20 ribu.
Belum ada tanda-tanda kasus di Indonesia akan melandai. Rumah sakit-rumah sakit sudah penuh dan akses oksigen mulai sulit dicari.
Salah satu solusi dari pemerintah adalah menghadirkan Ivermectin untuk diedarkan di pasaran. Akan tetapi, obat itu belum direstui World Health Organization (WHO) untuk obat COVID-19. European Medicines Agency (EMA) juga berkata Ivermectin adalah obat cacing dan obat hewan.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Menko Luhut: Satu-persatu Kita Selesaikan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan kondisi penanganan COVID-19 di Indonesia masih terkendali.
Dirinya tidak membantah, ada beberapa masalah yang muncul seperti lonjakan kasus hingga kekurangan pasokan oksigen. Namun, Luhut memastikan seluruh masalah diselesaikan satu per satu.Â
"Semua kerjasama kita. Kalau ada yang bilang semua tidak terkendali, sangat tidak benar. Bahwa ada masalah, sangat banyak masalah, tapi masalah ini saya kira satu-persatu kita selesaikan dengan baik," ujar Luhut dalam keterangan pers secara virtual, Selasa (6/7/2021).
Luhut mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan sejumlah bantuan dari luar negeri untuk membantu penanganan COVID-19 di dalam negeri.
"Kita sudah komunikasi dengan Singapura, kita komunikasi juga dengan Tiongkok, lalu dengan sumber-sumber lain, secara komprehensif semuanya sudah dilakukan," katanya.
Dalam pelaksanaan PPKM darurat ini, pihaknya menyiapkan indeks mobilitas yang didukung oleh Facebook Mobility, Google Traffic, dan Bright Light dari NASA. Menurutnya, penurunan kasus akan terjadi jika ada penurunan mobilitas minimal 30 persen.
"Tapi paling baik 50 persen, karena menghadapi delta varian. Sekarang ini masih di angka 26 atau 27 persen tertinggi. Kalau bisa dalam minggu ini sudah dekat 50 persen, saya kira minggu depan kita mulai lihat flattening dan perlahan menurun," ujar Luhut.
Advertisement