Liputan6.com, Antartika - Ahli biologi kutub menemukan spesies lumut baru selama ekspedisi ke benua yang tertutup es, Antarktika pada 2017.
Dikutip dari BBC, Kamis (8/7/2021), identifikasi lumut tersebut merupakan proses yang melelahkan. Para ilmuwan membutuhkan waktu lima tahun untuk memastikan bahwa spesies itu telah ditemukan untuk pertama kalinya. Temuan ini diterbitkan di jurnal internasional termuka, Journal of Asia-Pacific Biodiversity.
Para ahli biologi yang berbasis di Universitas Pusat Punjab ini menamai spesies tersebut Bryum Bharatiensis.
Advertisement
Bhara merupakan dewi belajar Hindu dan juga nama salah satu stasiun penelitian Antarktika India.
Profesor Felix Bast, ahli biologi yang menjadi bagian dari ekspedisi enam bulan ke benua itu menemukan spesies hijau tua di Larsemann Hills yang menghadap ke Samudra Selatan pada Januari 2017.
Tanaman membutuhkan nitrogen, bersama dengan kalium, fosfor, sinar matahari dan air untuk bertahap hidup. Hanya satu persen Antarktika adalah area bebas es.
"Pertanyaan besarnya adalah bagaimana lumut bertahap hidup di lanskap batu dan es ini," kata Profesor Bast.
Para ilmuwan menemukan bahwa lumut tersebut tumbuh di daerah di mana penguin berkembang biak dalam jumlah yang besar dan kotoran hewan itu mengandung nitrogen.
"Pada dasarnya, tanaman di sini bertahan hidup di kotoran penguin. Ini membantu agar kotorannya tidak terurai di iklim seperti ini."
Walau begitu, mereka belum paham bagaimana tanaman itu bertahan di bawah salju tebal tanpa sinar matahari.
Mereka mengatakan kemungkinan lumut itu "mengering sampai tahap tidak aktif, hampir menjadi benih" pada saat ini, dan berkecambah lagi selama musim panas pada bulan September saat mereka mulai mendapatkan sinar matahari lagi.
Setelah mengumpulkan sampel, para ilmuwan India menghabiskan lima tahun untuk mengurutkan DNA tanaman dan membandingkan bentuknya dengan tanaman lain.
Lebih dari seratus spesies lumut telah didokumentasi dari Antarktika.
Penemuan yang Mengkawatirkan
Yang mengkhawatirkan para ilmuwan adalah "bukti yang mengkhawatirkan" dari perubahan iklim yang mereka lihat selama ekspedisi.
Mereka mengatakan mereka menemukan gletser yang mencair, lapisan es yang dipenuhi celah dan danau air lelehan glasial di atas lapisan es.
"Antartika semakin menghijau. Banyak spesies tumbuhan beriklim sedang yang sebelumnya tidak dapat bertahan hidup di benua beku ini sekarang terlihat di mana-mana karena pemanasan benua," jelas Profesor Bast.
"Temuan bahwa Antartika sedang menghijau sangat mengganggu," kata Profesor Raghavendra Prasad Tiwari, ahli biologi terkemuka dan wakil rektor Universitas Pusat Punjab. "Kami tidak tahu apa yang ada di bawah lapisan es yang tebal. Mungkin ada mikroba patogen yang bisa muncul ketika es mencair karena pemanasan global."
Temuan itu adalah pertama kalinya India menemukan spesies tumbuhan dalam empat dekade sejak pertama kali mendirikan stasiun penelitian di benua tersebut.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement