Liputan6.com, Tokyo - Lonjakan infeksi Virus Corona COVID-19 membuat gelaran Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang bakal diadakan tanpa penonton. Baik di tempat-tempat di dalam dan sekitar Ibu Kota.Â
Menteri Olimpiade Tamayo Marukawa membuat pengumuman itu setelah berbicara dengan para pejabat dan penyelenggara pada Kamis, 8 Juli 2021.
Keadaan darurat di Tokyo akan berlangsung sepanjang Olimpiade, untuk memerangi Virus Corona COVID-19.
Advertisement
"(Aturan) itu akan berlangsung mulai 12 Juli dan tetap berlaku sampai 22 Agustus," ujar Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan kepada wartawan, seperti dikutip dari BBC, Jumat (9/7/2021).
Di bawah peraturan tersebut, bar dan restoran juga tidak boleh menyajikan alkohol dan harus tutup sebelum pukul 20:00 (11:00 GMT).
Tempat-tempat acara di Tokyo dan daerah lain di dekat Ibu Kota pun tak diizinkan mengadakan kegiatan dengan penggemar selama Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung.
Kendati demikian, kabarnya stadion di wilayah Fukushima, Miyagi, dan Shizuoka akan diizinkan memiliki penonton hingga 50% dari kapasitas dan hingga 10.000 orang.
Infeksi COVID-19 Kian Meningkat Jelang Olimpiade Tokyo 2020
Infeksi Virus Corona COVID-19 meningkat di Tokyo saat upacara pembukaan 23 Juli semakin dekat.
Sejatinya ada penentangan luas terhadap Olimpiade di Jepang, dengan seruan agar ajang tersebut ditunda atau dibatalkan.
Setelah bertemu dengan pejabat pemerintah, Presiden Tokyo 2020 Seiko Hashimoto mengatakan, "Sangat disesalkan bahwa kami menyelenggarakan Olimpiade dalam format yang sangat terbatas, menghadapi penyebaran infeksi Virus Corona COVID-19.
"Saya minta maaf kepada mereka yang membeli tiket dan semua orang lokal," ucap Hashimoto.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan bahwa mengadakan acara Olimpiade tanpa penonton adalah "memilukan" bagi mereka yang ingin hadir. Sejauh ini belum diketahui pasti apakah pengembalian uang akan tersedia untuk beberapa atau semua pemegang tiket.
PM Suga mengumumkan keadaan darurat di Tokyo pada hari sebelumnya.
"Mempertimbangkan efek varian Virus Corona COVID-19 dan tidak membiarkan infeksi menyebar lagi ke seluruh negara, kita perlu memperkuat tindakan pencegahan kita," kata PM Suga.
Keadaan darurat diumumkan setelah pertemuan antara panitia penyelenggara, pemerintah dan presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach, yang baru saja tiba di Jepang.
Olimpiade Tokyo 2020 dijadwalkan berlangsung di ibu kota Jepang antara 23 Juli dan 8 Agustus. Paralimpiade berlangsung antara 24 Agustus hingga 5 September.
Â
Kondisi Infeksi COVID-19 di Jepang
Gelombang infeksi COVID-19 baru dimulai pada bulan April, tetapi secara keseluruhan negara itu memiliki jumlah kasus yang relatif rendah dan jumlah kematian sekitar 14.900.
Pada Rabu 7 Juli, ada 2.180 kasus baru yang dilaporkan di negara itu. Sekitar 920 di antaranya berada di Tokyo, naik dari 714 minggu lalu dan tertinggi sejak 1.010 pada 13 Mei.
Peluncuran vaksinasi COVID-19 di Jepang berjalan lambat, dan hanya lebih dari 15% dari negara tersebut yang telah divaksinasi penuh. Ada kekhawatiran yang meningkat atas ancaman varian Delta.
Di Tokyo dan Osaka, dua kota yang paling terpukul oleh lonjakan infeksi COVID-19 baru-baru ini, pihak berwenang berharap orang yang berusia di atas 65 tahun akan divaksinasi sepenuhnya pada akhir Juli.
Sejauh ini Jepang melarang orang asing dari 159 negara masuk ke negaranya termasuk Inggris.
Apakah orang-orang di Jepang menginginkan Olimpiade?
Ada banyak penentangan terhadap Olimpiade, yang telah ditunda setahun karena COVID-19 tak kunjung usai. Hingga akhirnya mengalami kemunduran, termasuk pembengkakan anggaran besar-besaran.
Sebuah jajak pendapat bulan Juni di surat kabar terkemuka Asahi Shimbun menunjukkan lebih dari 80% populasi menginginkan Olimpiade dibatalkan atau ditunda.
Surat kabar itu juga menyerukan agar gelaran olahraga tersebut dibatalkan.
Situs penonton publik telah dihapus dan perusahaan telah ragu-ragu membuat iklan yang berkaitan dengan Olimpiade karena penentangan luas terhadap ajang tersebut.
Advertisement