Sukses

Studi Prancis: Lawan Varian Delta, 95 Persen Warga Harus Divaksin COVID-19

Studi Prancis menyebut butuh nyaris 100 persen warga divaksin COVID-19 untuk melawan varian Delta.

Liputan6.com, Paris - Dewan Ilmiah (Scientific Council) di Prancis berkata persentase vaksinasi harus mencapai 90 persen bahkan lebih untuk melawan varian COVID-19 Delta. Varian itu disebut bisa menerjang dengan cepat.

"Gelombang keempat terkait varian Delta dapat menyerang dengan cepat dengan dampak kepada sistem kesehatan meski ada level tinggi vaksinasi," ujar Scientific Council, dilansir France24, Sabtu (10/7/2021).

"Kita tidak bisa mengendalikan epidemi ini kecuali 90 sampai 95 persen masyarakat telah divaksinasi atau terinfeksi," kata para ilmuwan.

Sejauh ini, baru 40 persen warga Prancis yang mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19. Pemerintah berencana meningkatkan jumlah warga yang sudah dapat dua vaksin hingga 35 juta orang.

Salah satu anggota Scientific Council, Arnaud Fontanet, mendorong agar program vaksinasi COVID-19 ditingkatkan agar tidak terlambat.

"Jika kita menunggu setelah liburan musim panas untuk divaksin, maka akan terlambat," ujarnya. Ia pun mengingatkan bahwa vaksin sangatlah efektif dan gratis.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

2 dari 3 halaman

Kurangi Jarak Dosis Pertama dan Kedua

Scientific Council meminta agar program track and trace di Prancis diperkuat mengingat jumlah pasien rumah sakit akibat varian Delta sudah semakin banyak di negara-negara lain, seperti Inggris, Skotlandia, Irlandia, dan Portugal.

Setengah dari infeksi baru di Prancis juga akibat varian Delta. Varian ini disebut 60 persen lebih menular.

Pasteur Institute juga memperingatkan bahwa Prancis terancam menghadapi lonjakan lagi seperti di musim gugur tahun 2020 jika tidak ada pengendalian infeksi.

Kelompok yang paling berisiko adalah lansia di atas 60 tahun yang belum divaksin.

Saran lainnya adalah mengurangi jumlah warga yang boleh atang ke acara-acara. Pemerintah juga diminta mengurangi jarak suntikan antara dosis pertama dan kedua dari enam minggu, menjadi tiga atau empat minggu saja.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19: