Liputan6.com, Oakland - Merasa kecewa setelah pihak berwenang membebaskan Geogre Zimmerman, pria asal Florida yang membunuh seorang remaja berkulit hitam pada 2012, penduduk Oakland, California, Alicia Garza mengunggah pesan di Facebook pada 13 Juli 2013 yang memicu pergerakan #BlackLivesMatter.
Dikutip dari History, Senin (12/7/2021), Garza mengatakan bahwa ia merasakan "rasa duka yang mendalam" setelah Zimmerman dibebaskan.
Ia juga menjadi lebih sedih setelah mengetahui bahwa banyak orang tampaknya menyalahkan korban, Trayvon Martin.
Advertisement
Oatrice Cullors, penyelenggara komunitas Los Angeles dan teman Garza membawa postingannya dan membalas dengan contoh pertama penggunaan tagar #BlackLivesMatter.
Saat tagar tersebut menjadi populer di Facebook dan Twitter, Garza, Cullors, dan Opal Tomeji membangun jaringan pengorganisir komunitas dan aktivis keadilan rasial menggunakan nama Black Lives Matter.
Terjadi Peningkatan Dukungan setelah Insiden George Floyd
Frasa dan tagar itu kemudian dengan cepat diadopsi oleh banyak orang dan memicu protes di seluruh negeri, terutama setelah terjadinya pembunuhan Michael Brown, Eric Garner, dan sejumlah orang Afrika-Amerika lainnya di tangan petugas polisi atau warga seperti Zimmerman.
Permintaan dari mereka sederhana dan jelas, frasa tersebut menjadi salah satu simbol utama protes yang meletus setelah pembunuhan Brown di Ferguson, Missouri pada 2014.
Setelah kematian George Floyd pada Mei 2020 di Minneapolis memicu gerakan protes nasional terhadap kebrutalan dan rasisme polisi, dukungan untuk gerakan Black Lives Matter meningkat dengan selisih 28 poin dalam dua minggu -- hampir sebanyak yang terjadi dalam dua tahun sebelumnya.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement