Sukses

Kuba Dilanda Demonstrasi Besar-Besaran, Puluhan Orang Ditangkap Polisi

Kuba mengalami protes besar. Banyak warga menuntut pemerintahan komunis di negara tersebut.

Liputan6.com, Havana - Puluhan orang ditangkap di Kuba setelah ribuan warga bergabung dengan protes terbesar selama beberapa dekade melawan pemerintah komunis di negara tersebut.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (13/7/2021), warga Kuba marah akibat runtuhnya ekonomi, kekurangan makanan dan obat-obatan, kenaikan harga bahan pokok hingga penanganan pemerintah terhadap COVID-19.

Salah satu pengunjuk rasa pada hari Minggu, bernama Alejandro, mengatakan kepada BBC Mundo: "Tidak ada makanan, tidak ada obat-obatan, tidak ada kebebasan. Mereka tidak membiarkan kita hidup."

Para pengunjuk rasa meneriakkan "kebebasan" dan "jatuhkan kediktatoran" dalam demonstrasi di Kuba, termasuk ibu kota Havana.

"Kami tidak takut. Kami menginginkan perubahan, kami tidak menginginkan kediktatoran lagi," kata seorang pengunjuk rasa yang tidak disebutkan namanya di San Antonio kepada BBC.

Para pengunjuk rasa anti-pemerintah ditangkap oleh pasukan keamanan yang dibantu oleh petugas berpakaian preman. Gambar di media sosial menunjukkan apa yang tampak seperti pasukan keamanan menahan, memukul dan menyemprotkan merica ke beberapa pengunjuk rasa.

Ada laporan tentang pemadaman jaringan internet di seluruh kawasan dan seorang fotografer Associated Press terluka setelah konfrontasi dengan pasukan keamanan.

Menanggapi kerusuhan yang jarang terjadi, Presiden Miguel Díaz-Canel berbicara kepada warga Kuba dalam siaran TV dan menyalahkan AS atas kekacauan tersebut.

Dia menyebut sanksi ketat terhadap Kuba yang telah diberlakukan dalam berbagai bentuk sejak 1962, sebagai "penyebab mati dan lemasnya ekonomi".

Mr Díaz-Canel mengatakan, para pengunjuk rasa adalah tentara bayaran yang disewa oleh AS untuk mengacaukan negara.

Mereka juga menyerukan para pendukungnya untuk keluar dan membela revolusi. Mengacu pada pemberontakan 1959 yang mengantarkan Komunis ke pemerintahan Kuba.

 

2 dari 2 halaman

Respons Asing

Diplomat top AS untuk Amerika Latin, Julie Chung, mentweet: "Kami sangat prihatin dengan 'seruan untuk memerangi warga' di Kuba."

AS - yang memiliki sejarah permusuhan puluhan tahun dengan Kuba - mengatakan bahwa pihaknya mendukung Kuba, dan meminta mereka yang ada di pemerintahan untuk menahan diri dari kekerasan dan mendengarkan rakyatnya.

"Rakyat Kuba dengan berani menegaskan hak-hak fundamental dan universal," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.

Tetapi Presiden Venezuela Nicolás Maduro menjanjikan "semua dukungan" kepada presiden Kuba dan "pemerintah revolusioner" pulau itu. Pemerintah Maduro adalah sekutu dekat Kuba.

Dan Meksiko dan Rusia sama-sama mengatakan tidak ada negara lain yang boleh ikut campur dalam urusan internal Kuba.