Sukses

AS Akan Mulai Evakuasi Para Penerjemah di Afghanistan

AS akan mulai mengevakuasi para penerjemah Afghanistan yang membantu pasukannya selama bertugas di negara itu.

Liputan6.com, Kabul - Amerika Serikat akan mulai mengevakuasi para penerjemah Afghanistan yang membantu pasukan pimpinan AS selama bertugas di negara itu.

Para penerjemah itu dianggap berada dalam situasi yang berisiko.

Operasi Pengungsi Sekutu (Operation Allies Refuge) akan dimulai pada pekan terakhir bulan Juli, kata Gedung Putih, seperti dikutip dari laman BBC, Kamis (15/7/2021).

"Ini adalah individu-individu pemberani. Kami ingin memastikan bahwa kami mengakui dan menghargai peran yang telah mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir," kata juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki dalam sebuah press briefing.

Proses evakuasi itu terjadi saat AS menarik pasukannya dari Afghanistan menjelang tenggat waktu yang ditetapkan pada 11 September oleh Presiden Joe Biden.

Diketahui bahwa dalam beberapa pekan terakhir, Taliban telah membuat kemajuan pesat dalam menguasi banyak wilayah di Afghanistan.

2 dari 3 halaman

Evakuasi Awal Akan Mencakup Sekitar 2.500 Orang

Seorang pejabat, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa evakuasi awal akan mencakup sekitar 2.500 orang yang kemungkinan akan ditempatkan di fasilitas militer, baik di AS atau negara ketiga, sementara pendaftaran visa mereka diproses.

Program Visa Imigran Khusus ditawarkan kepada mereka yang bekerja dengan pemerintah AS atau pasukan militer pimpinan Amerika selama perang Afghanistan yang dimulai pada tahun 2001.

Ancaman telah meningkat ketika Taliban membuat kemajuan pesat di seluruh Afghanistan, merebut serangkaian pos perbatasan dari pasukan Afghanistan, termasuk akses penyeberangan dengan Iran, Tajikistan dan Turkmenistan.

Militan Taliban dilaporkan pada Rabu (14/7) telah mengibarkan bendera mereka di area penyeberangan Spin Boldak dekat Kandahar.

Banyak kekhawatiran tentang pasukan keamanan Afghanistan yang akan jatuh sepenuhnya karena serangan yang semakin meningkat, dengan mantan Presiden AS George W Bush - yang berada di balik keputusan untuk mengirim pasukan AS ke negara itu pada tahun 2001 - memperingatkan bahwa konsekuensi penarikan AS kemungkinan akan "sangat buruk. 

Dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, yaitu Deutsche Welle pekan ini, Bush menyebut dia yakin orang-orang Afghanistan "ditinggalkan untuk dibantai".

Taliban, yang menguasai Afghanistan dari pertengahan tahun 90-an hingga invasi AS, telah dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19