Liputan6.com, Singapura - Singapura berniat mendonasikan vaksin COVID-19 di bawah inisiatif penyebaran vaksin, Covax, ke negara lain, ujar Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Jumat (16/7/2021).
Bericara di pertemuan pemimpin Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), Lee mengatakan bahwa negara-negara yang program vaksinasinya sudah maju, harus menyediakan pasokan vaksin mereka untuk negara lain, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (17/7/2021).
“Di kawasan kita, ekonomi APEC harus saling membantu. Baik saat ini maupun pandemi dimasa yang akan datang. Contohnya, melalui bantuan teknis untuk memperkuat kesehatan masyarakat nasional, tonggak terakhir,” kata Lee.
Advertisement
Kementeriaan Kesehatan Singapura pada hari jumat mengatakan bahwa lebih dari 6,57 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di bawah skema vaksinasi nasional, dengan lebih dari 2,54 juta telah divaksinasi sepenuhnya.
Inisiatif Covax yang dijalankan oleh World Health Organization (WHO) dan rekannya bertujuan untuk memberikan akses vaksinasi COVID-19 yang adil pada semua orang di seluruh dunia, ujar WHO.
Pertemuan virtual pada hari Jumat dipandu oleh Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Adern. Dihadiri pula oleh beberapa pemimpin dunia, Joe Biden selaku Presiden Amerika Serikat, Vladimir Putin selau Presiden Rusia, dan Xi Jinping selaku Presiden China.
Butuh kerja sama antar negara
Dalam pidatonya, Lee mengatakan anggota APEC harus memimpin untuk menghubungkan kembali ekonomi dan mengejar liberlisasi perdagagan. Ia mencatat bahwa pandemi COVID-19 telah menganggu perdagangan internasional dan pergerakan orang lintas batas.
“Dapat dimengerti bila negara-negara bergerak maju, semakin mandiri, terutama untuk barang-barang penting. Tetapi, kita tidak boleh melangkah lebih jauh,” kata Perdana Menteri Singapura itu.
“Perdagangan bebas masih penting untuk pemulihan dan kemakmuran ekonomi global. Implementasi yang cepat dari Perjanjian Fasilitasi Perdagangan WTO akan membuat perdagangan lebih cepar dan lebih murah. Serta dapat memperkuat rantai pasokan kita.
“Kita juga harus bekerja sama untuk memulai kembali perjalanan internasional yang aman. Dengan cara mengembangkan standar umum sertifikat vaksin digital dan identitas digital,” tambah Lee.
Ia menambahkan bahwa pandemi telah mempercepat peralihan ke ekonomi digital. Tidak ada perjanjian ekonomi digital yang dipiloti Singapura dengan Selandia Baru, Chile, dan Australia.
Perjanjian ini menyelaraskan aturan dan standar, serta mendorong interoperabilitas digital lintas batas, aliran data, dan perdagangan.
Advertisement
Green economy
“Di luar COVID-19, green economy menghadirkan peluang pertumbuhan lain. Seperti banyak ekonomi APEC, Singapura sangat rentan terhadap dampak perubahan ikim,” ujar Lee.
Lee menyebutkan Singapore Green Plan 2030 adalah sebuah strategi nasional yang bertujuan untuk menguragi perubahan iklim dan menciptakan kota yang hijau, layak huni, dan berkelanjutan.
“Tetapi sebagai negara yang sangat kecil, upaya mitigasi kita sendiri akan berdampak terbatas,” tambah Lee.
“Hanya dengan bekerja sama dengan pihak lainlah kita dapat mengatasi tantangan global ini. Itulah sebabnya Singapura menjajaki perjanjian green economy untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi barang dan jasa lingkungan, serta memperkuat tata kelola dan kemampuan lingkungan.”
Dalam pidatonya, Lee juga menyerukan negara-negara lain untuk bekerja sama mempersiapkan pandemi berikutnya.
“COVID-19 tidak akan menjadi yang terakhir atau pandemi yang paling serius yang akan dihadapi dunia,” katanya.
Dia mencatat laporan baru-baru ini oleh G20 High Level Independent Panel yang membuat alasan kuat untuk langkah besar dalam investasi kolektif, termasuk sistem pengawasan global yang ditingkatkan untuk wabah penyakit menular yang muncul.
“Untuk memungkinkan negara-negara bertindak lebih awal dalam memeriksa penyabaran penyakit yang muncul dan memulai lebih awal untuk mengembangkan alat uji, vaksin atau perawatan lain. Kedua, kita membutuhkan tata kelola global yang lebih gesit dan mekanisme pembiayaan yang dapat dengan cepat menutup kesenjangan di keamanan kesehatan global,” ujar Lee.
Reporter: Ielyfia Prasetio