Sukses

Miliarder Najib Mikati Dipilih Sebagai PM Lebanon yang Baru

Sebagai PM-designate, Najib Mikati ditugaskan membentuk kabinet di pemerintahan Lebanon.

Liputan6.com, Beirut - Miliarder Najib Mikati dipilih menjadi Perdana Menteri (designate) di Lebanon. Ia diangkat Presiden Michel Aoun setelah Saad Hariri mundur setelah tak mampu membangun kabinet.

Najib Mikati terpilih setelah berhasil mengamankan suara di parlemen. Ia mendapatkan dukungan dari faksi Hizbullah, serta dukungan dari Hariri yang merupakan Islam Sunni.

Sebelumnya, Mikati pernah menjadi PM di Lebanon (2011-2013), setelahnya ia tetap aktif sebagai anggota parlemen. Mikati berkata tugas membangun kabinet akan sulit jika tak ada kerja sama.

"Sendirian, saya tidak punya tongkat sihir dan tidak bisa meraih keajaiban-keajaiban itu," ujar Mikati seperti dilaporkan AP News, Selasa (27/7/2021).

"Kita berada di situasi yang sangat sulit," lanjutnya. "Ini adalah misi sulit yang hanya dapat berhasil jika kita semua bekerja bersama."

Pemilihan Mikati ini terjadi kurang dari setahun menjelang pemilu Lebanon pada Mei 2022.

Lebanon sedang menghadapi krisis ekonomi dan finansial sejak 2019. Kemudian, ledakan dahsyat terjadi di pelabuhan Beirut pada 2020. Perdana Menteri Hassan Diab kemudian mundur.

2 dari 2 halaman

Miliarder di Lebanon

Berdasarkan data Forbes, Najib Mikati merupakan miliarder dengan kekayaan real time mencapai uS$ 2,7 miliar (Rp 39,1 triliun).

Ia merupakan co-founder dari firma investasi M1 Group. Kakaknya, Taha, juga seorang miliarder. Keduanya menjalankan bisnis bersama.

Investasi dari M1 Group mulai dari perusahaan telko MTN di Afrika Selatan, hingga real estate di New York, London, dan Monaco.

Perjalanan Makati menjadi PM tidak sepenuhnya mulus. Meski mendapat dukungan dari Hizbullah dan Harari, kelompok Kristen di parlemen tidak memberikan dukungan, termasuk dari blok pendukung Presiden Aoun.

Di Lebanon, tiga kekuasaan dibagi antara kelompok agama berbeda. PM untuk kelompok Sunni, presiden untuk Kristen, dan ketua parlemen untuk Syiah.

Lebanon kini sedang menghadapi masalah ekonomi, obat-obatan, bahan bakar, dan listrik. Mata uang mereka juga anjlok terhadap dolar.