Liputan6.com, Jakarta - China sedang diterpa bencana badai pasir di Kota Dunhuang di barat laut China pada Selasa 27 Juli 2021. Kala itu, badai pasir setinggi 100 meter telah menyelimuti Kota Dunhuang.
Saat kejadian berlangsung, terekam video yang memperlihatkan bagaimana pasir tersebut merayap di atas gedung dan jalan raya Dunhuang. Baca selengkapnya, disini.
Baca Juga
Di balik kejadian mendebarkan tersebut, berikut tujuh fakta mencengangkan soal kepulan debu dahsyat seperti badai pasir China yang dikutip dari Live Science, Rabu (28/7/2021):
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Pola Cuaca yang Menjengkelkan
Jika terjadi badai pasir,, debu mulai menyelimuti dan mengubah keseluruhan kota. Badai debu atau badai pasir ini biasanya disebabkan oleh bagian depan yang bergerak melalui daerah gersang dengan banyak sedimen untuk diaduk dengan anginnya.
Advertisement
2. Tentara Hilang Saat Badai Pasir
Pada saat itu tengah terjadi pertempuran Pelusium, ketika Persia Cambyses II menaklukkan Mesir pada abad keenam SM.
Menurut sejarawan Yunani Herodotus, Persia memiliki 50 ribu pasukan yang berangkat ke Oasis Siwa. Lalu, dalam perjalanan mencari nasihat dari oracle di Gurun Barat, pasukannya menghilang dan terkubur oleh badai debu.
Peneliti dari Universitas Helwan Mesir menemukan sebuah situs pada tahun 2000 yang menemukan pakaian dan artefak. Menurut Majalah Arkeologi, itu adalah jasad tentara Cambyses.
3. Haboob
“Haboob” merupakan istilah dalam Bahasa Arab yang berarti jenis badai debu yang sangat intens yang disebabkan oleh aliran badai petir. Badai ini biasanya terjadi di Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Utara.
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, setiap tahunnya, haboob dapat melanda daerah Phoenix satu hingga tiga kali.
Sehingga, dapat disimpulkan, lebih dari 100 badai debu terjadi di negara bagian Arizona dalam 10 tahun terakhir.
Advertisement
4. Mangkuk Debu
Pada 1930-an, kekeringan parah berkepanjangan melanda dataran barat daya dan tengah, khusunya Kota Oklahoma.
Dalam kondisi seperti itu, debu dan badai pasir sudah biasa terjadi dan memunculkan nama era yang masih mewarnai cerita waktu dan tempat itu.
“Dust Bowl”, jika diartikan sebagai mangkuk debu ini diperparah oleh teknik pertanian yang melucuti tanah dari rumput mengakar dengan metode yang salah.
Badai debu tersebut membuat ratusan ribu orang mengungsi.
5. Badai Radioaktif
Australia pernah mengalami badai debu yang sangat mengerikan akibat kekeringan pada 2009 silam. Bermula dari tengah negara dan bertiup ke timur melalui sebagian besar kota di sepanjang panta timur.
Menurut NASA Earth Observatory, debu tersebut membentang 2.700 mil atau setara dengan 3.450 kilometer.
Sehingga debu itu terbawa hingga ke Selandia Baru yang dapat memicu kekhawatiran bahwa sedimen tersebut mungkin membawa partikel radioaktif dari tambang uranium Australia, tetapi tes pada debu itu tidak meyakinkan.
Advertisement
6. Menyebarkan Epidemi dan Penyakit
Terjadinya badai debu dapat meningkatkan tingkat parikel di udara yang tidak aman dan tidak sehat jika terhirup. Karena debu tersebut bisa saja membawa campuran jamur yang berbahaya, polutan logam berat, bahan kimia dan bakteri.
Menurut Weather Channel, tidak menutup kemungkinan debu tersebut membawa penyakit kardiovaskular dan mata, dan penyakit lainnya.
Misalnya saja seperti kejadian Kansas yang mengalami epidemi campak parah pada Oktober 1935 selama badai debu. Kemudian, terjadinya tingkat radang tenggorokan dan kematian bayi.
Selain itu, di Afrika Utara, badai debu membawa wabah meningitis, serta AS Barat daya yang diserang demam lembah akibat spora jamur dalam debu.
7. Tanah Merah Bermuda
Bermuda terkenal akan pasir putihnya, tetapi juga memiliki warna lain yang mencolok mata yakni tanah merah.
Pulau di Bermuda tidak memiliki bahan baku yang dapat membentuk tanah menjadi berwarna merah. Ternyata, sebuah studi menunjukkan bahwa sebagian besar tanah merah Bermuda tertiup jauh dari Afrika.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement