Liputan6.com, Lima - Presiden baru Pedro Castillo telah resmi dilantik menjadi pemimpin Peru. Castillo yang merupakan seorang mantan pemimpin serikat guru sayap kiri yang telah menghadapi tantangan yang meningkat untuk membangun pemerintahannya, mengatasi krisis virus corona dan menyatukan negara yang sangat terpolarisasi.
Mengutip Al Jazeera, Kamis (29/7/2021), Castillo dilantik pada tengah hari waktu setempat (17:00 GMT) pada Rabu (28/7) di ibukota, Lima.
Advertisement
Menyongsong pelantikan ini, rencananya upacara akan dilakukan selama tiga hari, dimulai dengan pelantikan hari Rabu pada hari kemerdekaan Peru yang akan dihadiri oleh Raja Spanyol Felipe VI, enam pemimpin Amerika Latin, mantan Presiden Bolivia Evo Morales, dan sekretaris pendidikan Amerika Serikat.
Sebuah parade militer direncanakan untuk kota Lima pada hari Jumat.
Castillo, seorang mantan guru sekolah pedesaan berusia 51 tahun, menjadi presiden pertama Peru dalam beberapa dekade tanpa ikatan dengan elit politik atau ekonomi negara itu dan dia telah berjanji, antara lain, untuk memastikan “tidak ada lagi orang miskin di negara kaya.”
"Saya bersumpah demi Tuhan, demi keluarga saya, oleh para petani, oleh masyarakat adat, oleh para ronderos (patroli petani), nelayan, profesional, anak-anak, remaja, bahwa saya akan menjalankan jabatan Presiden Republik," kata Castillo. selama upacara.
"Saya bersumpah demi rakyat Peru untuk negara tanpa korupsi dan konstitusi baru."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Harapan Warga Peru
Banyak orang Peru memiliki harapan besar bahwa Castillo akan dapat memberikan pekerjaan dan perawatan kesehatan, dan melanjutkan peluncuran vaksin virus corona di negara itu.
“Ada banyak kemiskinan di negara ini; jutaan orang Peru kehilangan pekerjaan mereka. Mereka sudah hidup dalam kemiskinan dan jadi [ada] banyak harapan bagi Pedro Castillo untuk mengubah keadaan,” menurut laporan Al Jazeera.
Peru telah terpukul keras akibat pandemic dan mencatat angka kematian per kapita COVID-19 tertinggi di dunia.
Lebih dari 195.000 orang telah meninggal karena virus corona di negara Amerika Selatan hingga saat ini, menurut data dari Universitas Johns Hopkins.
Negara itu, yang telah mengalami pergolakan politik dan ketidakpastian selama bertahun-tahun, juga masih sangat terpecah – terutama setelah Fujimori, kandidat saingan Castillo, selama berminggu-minggu menuduh tanpa bukti bahwa pemilihan itu dirusak oleh penipuan yang meluas.
Advertisement