Sukses

Tulang Manusia Peking, Ini 7 Kisah Benda Bersejarah Musnah Bersama Kapal Karam

Bicara soal penemuan yang biasanya tak terlepaskan dari nilainya yang berharga. Namun bagaimana jika hilang begitu saja. Berikut kisah tujuh penemuan yang hilang di kapal karam.

Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit orang sibuk membincangkan harta karun milik bajak laut dan peninggalan kapal Titanic. Hingga berbagai kalangan dibuat lebih akrab dengan nilai interior mewah kapal Titanic.

Sampai-sampai kisah pencarian harta karun buruan bajak laut turut diproduksi menjadi sebuah film.

Semuanya seakan berlomba-lomba mencari tahu akibat penasaran. Padahal masih banyak objek bernilai tinggi walaupun kurang terkenal.

Berbagai peninggalan mulai dari manuskrip sastra hingga penelitian ilmiah juga kabarnya lenyap di kapal karam.

Menurut Mentallfloss yang dikutip pada Kamis, (9/12/2021), berikut ini beberapa kisah hilangnya benda bersejarah yang mungkin bernilai tinggi dalam musibah kapal karam.

2 dari 8 halaman

1. Penelitian Anatomi Leksikon Milik Louis De Jaucourt

Bukan hanya menyimpan data di satu tempat saja. Anda juga perlu membuat data cadangan (back up) untuk menghindari kehilangan secara keseluruhan.

Mungkin kalau sekarang rasanya lebih mudah ketimbang pada abad ke-18. Misalnya saja saat seorang sarjana Prancis Louis de Jaucourt mengirimkan enam jilid Lexicon medicum universale ke penerbitnya di Amsterdam. Ia melakukan ini sebagai langkah untuk menghindari penyensoran di Prancis.

Terbitan itu berupa kamus medis, yang telah ia pakai selama 20 tahun. Bayangkan betapa sedihnya, jerih payah ia selama ini harus sirna begitu saja. Gara-gara kapal yang ditumpanginya tenggelam di lepas pantai Belanda.

Meski begitu, Jaucourt tak mau menyerah ia terus berjuang setelah Denis Diderot memintanya untuk berkontribusi pada Encyclopédie, yang sekarang dianggap sebagai salah satu karya terbesar pemikiran "Enlightenment". Di mana ia menggunakan catatannya dari manuskrip yang hilang.

Jaucourt menjadi penulis publikasi yang paling produktif, menulis 40.000 artikel — jumlahnya yang begitu banyak membuatnya dijuluki l'esclave de l'Encyclopédie, atau "budak Ensiklopedia."

3 dari 8 halaman

2. Penelitian Alfred Russel Wallace

Pada tahun 1852, setelah empat tahun penelitian di Amazon. Seorang naturalis Inggris Alfred Russel Wallace siap untuk kembali ke Inggris membawa catatan penelitian yang banyak mengenai spesimen hewan dan tumbuhan, dan gambar The Brig Helen.

Setelah berlayar 26 hari tuk kembali, kapal tersebut terbakar. Wallace hanya bisa mengevakuasi dengan mengisi kotak timah bersama beberapa gambar ikan dan palem beserta beberapa catatan ilmiah sebelum bergabung dengan kru di sekoci.

Sepuluh hari sudah kapal terdampar di laut dan pada akhirnya mereka diselamatkan oleh brigadir Jordeson. Nahas sebagian besar pekerjaan Wallace hilang selamanya.

Dalam surat yang dibuat 19 Oktober 1852, "Satu-satunya hal yang saya simpan adalah arloji saya, gambar ikan saya, dan sebagian dari catatan dan jurnal saya. Sayang, sebagian besar jurnal saya, catatan tentang kebiasaan binatang, dan gambar. transformasi serangga, hilang begitu saja.”

Sementara ia melanjutkan profesinya sebagai naturalis terkemuk. Walaupun dibayangi lenyapnya penelitian evolusinya oleh Charles Darwin—Wallace. Sedihnya, ia tidak pernah mampu merekonstruksi tahun-tahun kerja lapangannya lagi.

4 dari 8 halaman

3. Penelitian Cephalopod Jeanne Villepreux-Power

Sebelum penelitian Jeanne Villepreux-Power dan sebagian besar ilmuwan pada abad ke-19. Mereka mengira hewan Argonauta argo, atau disebut juga nautilus paper dapat mengambil cangkangnya dari hewan lain.

Ternyata melalui akuarium modern ciptaannya, Villepreux-Power dapat mempelajari spesies tersebut secara langsung dan menyaksikan bagaimana mereka tumbuh sekaligus memperbaiki cangkangnya sendiri.

Pencapaiannya adalah salah satu dari banyak penemuan yang dibuat oleh pelopor dalam penelitian cephalopoda. Ia menjadi salah satu dari sedikit wanita yang mencapai keunggulan dalam sains Victoria.

Mungkin saja penelitiannya bisa saja berguna hingga saat ini. Jikalau kapal yang ditumpangi bersama suaminya saat pindah dari Sisilia menuju London tidak hancur. Dimana penelitiannya di lepas pantai Prancis pada tahun 1843 berupa sebagian besar gambar, catatan, dan peralatannya. Sayangnya karyanya abadi di laut dan tinggallah kenangan.

5 dari 8 halaman

4. Salinan Natal Caril Milik Charles Dickens

Pada tahun 1915, ketika penjual buku Boston Charles Lauriat menyadari bahwa kapal RMS Lusitania hancur. Ia bergegas lari ke kabinnya dengan bantuan cahaya dari beberapa korek api demi menyelamatkan harta karun sastra yang ia bawa.

Karya yang hilang termasuk gambar asli dari penulis Vanity Fair William Makepeace Thackeray, serta edisi A Christmas Carol yang dimiliki oleh Charles Dickens sendiri.

Edisi itu tidak bisa digantikan, karena masuk ke catatan Dickens terkait dengan gugatan hak ciptanya pada tahun 1844 terhadap penerbitan ulang tidak sah dari ceritanya.

Dalam buku Dead Wake yaitu The Last Crossing of the Lusitania. Erik Larson menceritakan pengalaman mengerikan Lauriat ketika kapal laut ditorpedo oleh U-boat Jerman di lepas pantai Irlandia.

Segera ia meraih tas kulit berisi Dickens. Akan tetapi, ia lupa Sketsa Thackeray tertinggal di belakang. Bergegas ke geladak (lantai kapal), ia melihat sekoci berisi wanita dan anak-anak sedang terombang-ambing. Ia pun melompat dengan tas kerja, namun tidak dapat membebaskan sekoci, dan kehilangan barang berharga.

Berusaha berenang di tengah ombak, ia pun berhasil menghindari belitan dengan antena. Demi bertahan hidup ia mencoba berenang ke sekoci. Salah satu barang yang berhasil diselamatkan adalah foto-foto masa bayinya.

6 dari 8 halaman

5. Karya Penyair Jos Asuncin Silva

Banyak orang Kolombia dapat melafalkan baris pertama dari "Nocturne III" karya penyair Modernis berpengaruh José Asunción Silva—"A night / A night full of hushings, of the curling wool of perfume / And incanting wing".

Bahkan dicetak dalam mikroteks pada Uang kertas 5000 peso Kolombia. Puisi yang ditulis pada tahun 1892 diyakini sebagai penghormatan kepada saudara tirinya, Silva. Di tahun 1895, Silva diambang kenyataan pahit melihat banyak manuskripnya, termasuk draft novel, lenyap bersama kapal karam.

Padahal saat penelitian, dirinya rela meninggalkan pos diplomatiknya di Venezuela. Ia mendedikasikan seluruh waktunya untuk merekonstruksi novel yang tenggelam. Namun Silva masih dilanda musibah menyakitkan.

Sedihnya lagi di tahun 1896, ia mengakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol ke jantung. Dimana sebelumnya, ia sempat berkonsultasi ke dokter untuk bertanya posisi jantungnya yang tepat. Novelnya yang ditulis ulang —After-Dinner Conversation (De sobremesa) tidak diterbitkan lagi sampai tahun 1925.

7 dari 8 halaman

6. Lukisan Giovanni Battista Lusteri

Giovanni Battista Lusieri adalah seorang pelukis lanskap Italia handal, terutama reruntuhan klasiknya. Dalam panorama besar dan cat air yang lebih ringkas. Ia menggambarkan Acropolis, pemandangan Roma dan Napoli, beserta favoritnya, letusan Gunung Vesuvius.

Beberapa karyanya yang terkenal adalah melukis gunung berapi di malam hari, menerangi kegelapan dengan cahaya oranyenya. Lord Byron menyebutnya "seorang pelukis Italia terkemuka pertama."

Miris, karya maestronya sepertinya kurang dikenal saat ini. Lantaran, ia berhenti melukis untuk membantu Lord Elgin memindahkan dan mengirimkan Parthenon Marbles ke London.

Akan tetapi, setelah kematiannya pada tahun 1821, karya seni Lusieri pun dibawa pulang yang dibawa dari Yunani harus hilang. Akibat sebuah kapal karam menghancurkan hampir setengahnya. Karyanya pun abadi di bawah laut, termasuk panorama Athena yang spektakuler sepanjang 25 kaki atau 7,62 meter.

8 dari 8 halaman

7. Peking Pria

Pada 1920-an, saat ahli paleontologi menemukan tulang belulang "manusia Peking" dalam penggalian di dekat Beijing. Mereka mendapati berupa fosil hominid tertua yang pernah ditemukan. Namun, para ilmuwan sekarang hanya dapat mempelajari tulang yang diperkirakan berusia sekitar setengah juta tahun dari gips.

Fosil Manusia Peking terakhir dijumpai pada Desember 1941. Sayang, fosil tersebut hilang selama pendudukan Jepang di Cina. Saat mereka dikirim ke Amerika Serikat untuk diamankan.

Banyak konspirasi mengenai fosil tersebut. Mulai dugaan bahwa itu disimpan secara diam-diam di Jepang, hingga berada di bawah tempat parkir di China.

Adalagi teori yang bertahan lama adalah bahwa mereka hilang di laut di kapal kargo Jepang Awa Maru. Pada tahun 1945, kapal itu ditorpedo di Selat Taiwan oleh USS Queenfish. Meskipun dijamin aman oleh Amerika Serikat. Nyatanya menyebabkan hilang lebih dari 2000 nyawa. Konon, fosil Peking nilainya tak terhingga.

Menurut cerita di atas, kira-kira kisah kehilangan barang apa yang paling menyakitkan?

 

Reporter: Bunga Ruth