Sukses

Beijing Larang Warga Masuk Daerah Rawan Varian Delta COVID-19

Ibu kota China, Beijing, tutup pintu bagi warga yang datang dari daerah-daerah yang mengalami penyebaran COVID-19.

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah wilayah Beijing melarang masuk warga yang datang dari daerah rawan COVID-19. Kebijakan ini diambil setelah varian Delta mulai menyebar di kota Nanjing dan ke provinsi-provinsi lain.

Dilaporkan Global Times, Senin (2/8/2021), aturan larangan ini berlaku bagi warga, kendaraan, maskapai, dan kereta dari daerah-daerah yang melaporkan kenaikan infeksi COVID-19.

Warga Beijing juga direkomendasikan tak keluar kota kecuali diperlukan.

Kota Yangzhou di provinsi Jiangsu juga menutup akses transportasi keluar-masuk kota melalui maskapai domestik dan kapal mulai Sabtu (31/7). Saat itu ada 12 kasus corona.

Transportasi publik di Yangzhou juga disuspens. Keluar kota via kereta api masih dibolehkan keluar kota dengan syarat tes PCR pada 48 jam sebelum perjalanan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Tentang Vaksin Sinovac

Studi terbaru dari China menemukan bahwa antibodi dari vaksin Sinovac turun pada enam bulan setelah penerimaan vaksin dosis kedua. Solusinya adalah harus divaksin lagi.

Dilaporkan Market Watch, Selasa (27/7), setelah enam bulan hanya 16,9 persen - 35,2 persen partisipan yang masih memiliki level antibodi untuk melawan COVID-19 di atas batas yang dibutuhkan.

Sinovac meneliti sampel darah dari partisipan yang sehat berusia 18-59 tahun. Pihak Sinovac menyebut menganalisis 271 dari 540 sampel yang sudah mendapat suntikan ketiga.

Hasil penelitian Sinovac itu pun belum mengukur kekuatan vaksin mereka melawan varian-varian baru yang lebih menular, seperti varian Delta.

Sinovac juga menyarankan agar ada jarak enam bulan antara dosis kedua dan ketiga. Hal itu bisa memberikan nyaris tiga kali respons imun yang lebih kuat ketimbang jika dosis ketiga diberikan lebih awal, seperti empat minggu setelah dosis kedua. 

Studi ini belum melalui tahap peer review. Sebelumnya, studi dari Thailand sudah menyebut kekuatan vaksin Sinovac turun 50 persen setelah 40 hari. China kini sedang  melirik vaksin buatan BioNTech yang juga terkenal dengan nama Pfizer.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19: