Liputan6.com, London - Aturan berpakaian Wimbledon adalah salah satu yang paling terkenal dalam olahraga. Aturan yang mengharuskan pemain harus berpakaian hampir seluruhnya putih, sangat ketat. Wasit dapat memaksa pemain berganti pakaian dengan ancaman diskualifikasi, demikian dilansir dari laman Mentalfloss, Selasa (3/8/2021).
Pada masa lalu, banyak pemain top olahraga menemukan diri mereka berada di akhir yang salah dari aturan ini, tetapi, dari mana asalnya?
Baca Juga
Diyakini bahwa aturan tersebut berasal dari tahun 1800-an, ketika tenis adalah olahraga sopan yang dimainkan terutama di pertemuan sosial oleh perempuan. Bercak keringat pada pakaian berwarna dianggap tidak pantas, sehingga praktik mengenakan pakain yang didominasi warna putih – alias tenis putih – diadopsi untuk menghindari rasa malu.
Advertisement
The All England Club, yang menjadi tuan rumah Wimbledon, didirikan pada tahun 1868 (awalnya sebagai All England Croquet Club) dan memperkenalkan Lawn Tennis pada tahun 1875.
Sederhananya, klub tetap ngotot dengan tradisi. Pedoman yang dikeluarkan baru-baru ini untuk pakaian termasuk pernyataan putih yang dimaksud tidak termasuk putih pudar atau krem, tidak boleh trim berwarna dan tidak lebih lebar dari 1 sentimeter. Selain itu, pakaian dalam pun tidak boleh terlihat selama bermain (termasuk karena berkeringat). Bahkan, pakaian dalam pemain pun harus berwarna putih.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menggeser Banyak Pemain Ternama
Aturan ini telah menggeser banyak pemain terkenal dengan cara yang tidak seharusnya. Pada 2013, mantan juara, Wimbledon Roger Federer diberitahu untuk tidak mengenakan sepatu kets bersol oranye setelah dinilai melanggar aturan berpakaian The All England Club.
Pada 2002, Anna Kournikova terpaksa mengganti celana pendek hitamnya dengan celana putih yang dipinjam dari pelatihnya.
Andre Agassi pun pernah menolak bermain di Wimbledon pada tahun-tahun awal karirnya karena celana denim pendek khasnya dan atasannya yang mencolok dilarang.
Aturan pakaian serba putih bukan satu-satunya yang menyertai sejarah panjang Wimbledon. Ini adalah satu-satunya turnamen Grand Slam yang masih dimainkan di lapangan rumput, dan satu-satunya yang menjadwalkan hari libur pada hari Minggu tengah turnamen.
Bagaimana pun, klub tidak kebal terhadap perubahan. Pada 2003, tradisi lama yang mengharuskan pemain untuk membungkuk atau membungkuk ke Royal Box di Centre Court dihentikan oleh Pangeran Edward, Duke of Kent (yang juga merupakan presiden The All England Club, sementara Kate Middleton, Duchess of Cambridge, sebagai pelindung klub) yang menganggap tradisi sudah ketinggalan zaman - meskipun persyaratannya berlaku jika Ratu atau Pangeran Wales hadir – dan pada 2007, hadiah untuk turnamen putra dan putri dibuat setara.
Aturan berpakaian serba putih mungkin mengganggu pemain. Namun, setidaknya klub telah menunjukkan bahwa itu dapat berubah seiring waktu di area yang dimana hal tersebut benar-benar penting.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement