Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyerukan penangguhan booster vaksin untuk COVID-19 setidaknya hingga akhir September.
Kepala WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jeda akan memungkinkan setidaknya 10% dari populasi di setiap negara untuk divaksinasi.
Advertisement
Melansir BBC, Kamis (5/8/2021), sejumlah negara termasuk Israel dan Jerman telah mengumumkan rencana untuk memberikan dosis ketiga.
Tapi Dr Tedros telah memperingatkan adanya negara-negara miskin yang tertinggal.
Menurut WHO, negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang karena kurangnya pasokan.
Dr Tedros mengatakan bahwa perlu ada pembalikan dan sebagian besar vaksin harus diberikan ke negara-negara berpenghasilan rendah.Â
"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi," tambahnya.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kesenjangan Negara Miskin dan Kaya
Ini merupakan seruan keras dari WHO, karena badan tersebut berusaha untuk mempersempit kesenjangan antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.
WHO ingin 10% orang di setiap negara divaksinasi bulan depan, tetapi target itu tidak mungkin terpenuhi pada lintasan saat ini.
Di Haiti dan Republik Demokratik Kongo, tidak ada penduduk yang menerima dua dosis vaksin.'
Sementara Indonesia, yang telah mengalami lonjakan infeksi dan kematian dalam beberapa bulan terakhir karena varian Delta, hanya memvaksinasi penuh 7,9% dari populasinya, menurut Our World in Data.
Sementara itu Israel mulai meluncurkan suntikan booster untuk warga berusia lebih dari 60-an, sementara Jerman mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka akan mulai menawarkan dosis ketiga vaksin Moderna dan Pfizer.Â
Di Inggris, jutaan orang yang tergolong rentan dapat ditawari booster mulai September.Â
AS belum mengumumkan kebijakan tentang booster vaksin tetapi Gedung Putih mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya memiliki dosis yang cukup untuk mendistribusikan vaksin ke luar negeri sambil juga memastikan orang Amerika dapat divaksinasi sepenuhnya.
"Kami benar-benar merasa itu pilihan yang salah dan kami bisa melakukan keduanya," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Ini bukan pertama kalinya Dr Tedros meminta negara-negara kaya untuk menyumbangkan pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Pada bulan Mei, ia meminta negara-negara kaya untuk menunda rencana pemberian vaksin kepada anak-anak dan remaja dan sebagai gantinya menyumbangkan persediaan itu.
Dr Tedros mendesak negara-negara untuk memasok lebih banyak vaksin ke skema akses adil global Covax. Namun sejumlah negara, termasuk Inggris, terus maju dengan rencana untuk memvaksinasi anak-anak dan remaja.
Advertisement