Liputan6.com, Kabul - Taliban melakukan patroli di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Senin (16/8) waktu setempat, ketika berhasil menguasai wilayah negara itu dan istana kepresidenan.
Dikutip dari AFP, Senin (16/8/2021), ribuan warga di Kabul terlihat mengerumuni bandara, dalam upaya menyelamatkan diri dari kekuasaan kelompok militan tersebut.
Baca Juga
Presiden Ashraf Ghani juga telah meninggal Afghanistan pada Minggu malam (15/8) waktu setempat - ketika Taliban tiba di Kabul - setelah merebut banyak wilayah negara itu hanya dalam 10 hari.
Advertisement
"Taliban telah menang dengan penghakiman pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka," kata Ghani dalam pernyataannya.
Sementara itu, dalam sebuah pesan yang diposting ke media sosial, salah satu pendiri Taliban, Abdul Ghani Baradar meminta para anggotanya untuk tetap disiplin setelah menguasai kota.
"Sekarang saatnya menguji dan membuktikan, bahwa kita harus menunjukkan bahwa kita bisa mengabdi kepada bangsa dan menjamin keamanan dan kenyamanan hidup," ujarnya dalam pernyataan itu.
Di sisi lain, seorang warga di bandara Kabul menceritakan usahanya untuk bisa ikut dalam penerbangan yang tersedia agar bisa meninggalkan Afghanistan.
"Kami takut tinggal di kota ini," kata seorang mantan tentara Afghanistan berusia 25 tahun kepada AFP.
"Sejak saya bertugas di militer, Taliban pasti akan menargetkan saya," sebutnya.
AS Kirim Tentara ke Bandara Afghanistan
Amerika Serikat telah mengirim 6.000 tentara ke bandara untuk memastikan evakuasi yang aman bagi staf kedutaan, serta warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah atau peran pendukung lainnya.
Negara lain, termasuk Prancis dan Australia, juga telah menyelenggarakan penerbangan carter.
Pemerintah AS mengatakan bahwa mereka telah mengamankan bandara, tetapi saksi mata menyebut masih ada kericuhan.
Saksi mata juga menyebut tentara AS melepaskan tembakan ke udara untuk meredam kericuhan di bandara.
Otoritas bandara kemudian membatalkan semua penerbangan komersial yang tersisa karena kekacauan tersebut.
AS sebelumnya telah merilis sebuah pernyataan bersama dengan lebih dari 65 negara yang mendesak Taliban untuk membiarkan warga Afghanistan meninggalkan negara itu, termasuk memperingatkan pertanggungjawaban atas segala pelanggaran.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga mendesak Taliban dan semua pihak agar "menahan diri" dan menegaskan bahwa hak-hak perempuan dan anak perempuan, yang menderita di bawah rezim Taliban sebelumnya, harus dilindungi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Insiden Berebut Naik Pesawat di Bandara Kabul, 5 Orang Meninggal
Sedikitnya lima orang tewas di bandara Kabul ketika ratusan orang berusaha memaksa masuk ke pesawat dari Afghanistan untuk keluar dari negara tersebut setelah dicengkeram Taliban. Demikian menurut laporan Reuters Senin (16/8/2021) mengutip saksi.
Serbuan keluar dari Afghanistan terjadi setelah Taliban menyerbu ibu kota pada negara itu pada Minggu 15 Agustus, menyebabkan kemacetan dan kekacauan di bandara. Semua penerbangan komersial keluar dari bandara telah ditangguhkan.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters sebelumnya pada hari Senin bahwa pasukan Amerika, yang telah menguasai bandara, melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan.
Tidak jelas apakah kematian itu disebabkan oleh tembakan atau terinjak-injak, lapor Reuters.
"Kerumunan itu di luar kendali," kata pejabat itu kepada Reuters melalui telepon. "Penembakan itu hanya dilakukan untuk meredakan kekacauan."
Â
Advertisement