Sukses

PM Israel Naftali Bennett Akan Temui Joe Biden Akhir Agustus 2021, Bahas Apa?

PM Israel mengatakan bahwa ia berencana melakukan perjalanan ke Washington dan akan membahas masalah Iran dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Rabu (18/8) mengatakan bahwa ia berencana melakukan perjalanan ke Washington dan akan membahas masalah Iran dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Bennett mengatakan kunjungan itu akan dilakukan pada akhir Agustus 2021, demikian dikutip dari laman Xinhua, Kamis (19/8/2021).

"Ini adalah pertemuan penting dengan Presiden Joe Biden," kata Bennett, seraya menambahkan bahwa pertemuan itu akan fokus pada masalah Iran.

PM Israel mengatakan, Iran sekarang "dalam tahap paling maju dalam pengayaan uranium."

Ia juga menambahkan bahwa Israel memiliki rencana untuk menghadapinya dan "memastikan keselamatan rakyatnya."

Kekuatan dunia telah terlibat dalam pembicaraan dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Mempertimbangkan Iran sebagai saingan beratnya, Israel sangat menentang kesepakatan itu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Israel Sebut Pemimpin Iran Punya Gangguan Mental

Sebelumnya, Israel menjamu kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA), William Burns untuk perbincangan yang berfokus pada Iran, dilansir dari The Time of Israel pada Jumat 13 Agustus 2021.

Pembicaran itu juga membahas tentang Yerusalem yang dilaporkan berusaha mencegah pemulihan hubungan Amerika Serikat dengan Teheran dengan menghadirkan presiden baru Iran.

Situs berita Walla melaporkan bahwa Burns berencana untuk bertemu Perdana Menteri Naftali Bennett, kepala badan mata-mata Mossad David Barnea dan tokoh intelijen senior lainnya.

Dalam pertemuan, pejabat Mossad memberi Burns informasi terkait Presiden Iran Ebrahim Raisi sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan tidak mampu menegosiasikan kesepakatan nuklir baru atau berpegang teguh pada komitmennya.

Barnea memberi Burns berkas tentang Raisi yang menggambarkannya sebagai orang yang sangat ekstrem, kejam, korup, dan tidak stabil, lapor berita Channel 12.

Menurut saluran tersebut, Barnea memberi Burns berkas tentang Raisi yang menggambarkannya sebagai orang yang sangat ekstrem, kejam, korup, dan tidak stabil.

"Mossad menggambarkannya sebagai seseorang dengan gangguan mental," klaim saluran itu dalam laporan tanpa sumber.