Liputan6.com, Ouagadougou - Kelompok pemberontak telah membunuh puluhan orang di Burkina Faso utara, saat kekerasan meningkat lagi di wilayah Sahel Afrika Barat.
Dalam serangan di dekat kota utara Arbinda pada Rabu (18/8), pemberontak menewaskan sedikitnya 47 orang, termasuk 30 warga sipil, 14 tentara dan tiga milisi pro-pemerintah, media pemerintah melaporkan.
Melansir Al Jazeera, Kamis (19/8/2021), media pemerintah melaporkan bahwa pasukan pemerintah membunuh 16 pemberontak sementara sumber keamanan menyebutkan jumlahnya 58.
Advertisement
Pelaku serangan yang terkait dengan Al-Qaeda dan ISIL secara teratur melakukan serangan di Burkina Faso dan negara tetangga Mali dan Niger, menewaskan ratusan warga sipil pada tahun ini saja.
Kekerasan di Sahel, daerah semi-kering di bawah Gurun Sahara, terus meningkat meskipun kehadiran ribuan pasukan PBB, regional, Barat dan upaya oleh beberapa pemerintah untuk bernegosiasi dengan kelompok pemberontak.
Kelompok bersenjata membunuh sedikitnya 12 tentara pekan lalu di barat laut Burkina Faso, serta 30 warga sipil, tentara dan milisi pro-pemerintah beberapa hari sebelumnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kekerasan Meningkat
Di Niger, kelompok bersenjata pada hari Senin (16/8) menewaskan 37 warga sipil, termasuk 14 anak-anak, dalam suatu serangan di sebuah desa.
Kekerasan itu terjadi ketika wilayah bekas kekuatan kolonial Prancis bersiap untuk mulai menarik pasukannya di Sahel dari 5.000 menjadi sekitar 2.500-3.000.
Sahel mengalami kekacauan akibat pengambilalihan pada tahun 2012 di Mali utara oleh para pelaku yang terkait dengan Al-Qaeda.
Prancis melakukan intervensi pada tahun berikutnya untuk mendorong mereka kembali. Tetapi mereka telah berkumpul kembali dan memperluas operasi mereka, dan mereka sekarang mengancam negara-negara pesisir Afrika Barat seperti Benin dan Pantai Gading.
Advertisement