Sukses

Dubes Afghanistan Tuduh Presiden Ashraf Ghani Kabur Bawa Uang Negara Rp 2,4 Triliun

Mohammad Zahir Aghbar mengatakan Ghani mencuri US$ 169 juta dari kas negara dan menyebut pelariannya sebagai pengkhianatan terhadap negara dan bangsa.

Liputan6.com, Kabul - Duta Besar Afghanistan untuk Tajikistan Mohammad Zahir Aghbar menuduh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mencuri uang negara sebanyak $169 juta.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (19/8/2021) Aghbar menyerukan agar polisi internasional menangkapnya.

Ghani keluar dari Afghanistan pada Minggu 15 Asustus ketika Taliban mendekati Kabul. Dan keberadaannya tidak diketahui hingga Rabu 18 Agustus ketika Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan telah menerima Ghani dan keluarganya "atas pertimbangan kemanusiaan."

Kantor berita Associated Press melaporkan dalam konferensi persnya, Mohammad Zahir Aghbar mengatakan Ghani "mencuri $169 juta dari kas negara," dan menyebut pelariannya sebagai "pengkhianatan terhadap negara dan bangsa."

Aghbar tidak merinci atau menjelaskan klaimnya lebih lanjut. Namun berjanji akan mengajukan permintaan ke Interpol untuk menangkap Ghani.

Direktur Biro Pusat Interpol di Tajikistan Shahriyor Nazriev mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti bahwa mereka belum menerima permintaan semacam itu.

 
2 dari 2 halaman

Presiden Ashraf Ghani Tuai Kritikan Usai Tinggalkan Afghanistan

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah mendarat dan berlindung di Uni Emirat Arab.

Ghani meninggalkan Afghanistan saat Taliban sudah menduduki ibu kota Kabul selama akhir pekan lalu.

Melansir BBC, Kementerian luar negeri UEA mengatakan negara itu menyambut Ghani dan keluarganya dengan alasan kemanusiaan.

Dalam pidato video pada hari Rabu, Ghani membantah melarikan diri dan mengatakan dia pergi untuk mencegah apa yang dia gambarkan sebagai "bencana besar".

"Untuk saat ini, saya berada di Uni Emirate Arab (UEA) agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan," katanya. 

"Saya sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan."

Ashraf Ghani juga mengatakan desas-desus bahwa dia telah melakukan perjalanan ke UEA dengan sejumlah besar uang adalah "sama sekali tidak berdasar" dan merupakan sebuah "kebohongan". 

Pria berusia 72 tahun itu telah menghadapi kritik keras dari politisi Afghanistan lainnya karena meninggalkan negara itu.

"Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan bangsa juga akan menghakimi," kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.