Liputan6.com, Torkham - Pakistan menjaga ketat perbatasannya dengan Afghanistan dalam rangka mengantisipasi lonjakan pengungsi yang masuk wilayah mereka setelah Taliban berkuasa.
Menurut laporan BBC, Kamis (19/8/2021), sekitar 6.000 hingga 7.000 orang melewati perbatasan setiap harinya. Terkini, orang yang travel bisa tak sampai 50 orang.
Advertisement
Baca Juga
Prosesnya juga lebih lama, sebab penjaga keamanan Pakistan khawatir ada militan yang menyamar sebagai warga sipil.
Wilayah itu bernama Torkham yang merupakan titik aliran pengungsi menuju Pakistan selama beberapa tahun terakhir. Kota yang berada di sebelah barat Kabul itu juga telah dikuasai Taliban.
Pihak Taliban sendiri tak mengizinkan orang-orang pergi, kecuali pedagang dengan dokumen-dokumen yang valid. Di lain pihak, semua jalur perbatasan juga dijaga ketat pasukan Pakistan, sehingga orang Afghanistan pun kesulitan masuk tanpa restu pemerintah.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sudah Ada Hampir 3 Juta Pengungsi
BBC menyebut hampir tiga juta pengungsi dari Afghanistan telah menetap di Afghanistan selama beberapa dekade terakhir. Setengah dari mereka tidak terdaftar.
Sejak 2016, pemerintah Pakistan mewajibkan semua orang Afghanistan harus punya paspor dan visa bila ingin menyeberang ke Afghanitan. Hal itu lantas memunculkan pertanyaan karena bisa menyulitkan orang-orang Afghanistan.
"Di mana rakyat Afghanistan yang miskin serta tak teredukasi mendapat paspor dan visa di situasi seperti ini," ujar seorang warga bernama Ahsan Khan yang ingin berkunjung ke Jalalabad, Afghanistan.
Seorang pedagang bernama Owaid Ali berkata tidak melihat pengungsi Afghanistan sejak Taliban menguasai perbatasan.
"Beberapa hari lalu, ketika Taliban secara cepat menguasai kota-kota, warga Afghanistan yang datang bilang pada saya betapa resahnya mereka terhadap prospek hidup di bawah kekuasaan Taliban. Tapi saya tak tahu bagaimana mereka akan lari dari kehidupan itu sekarang," ujarnya.
Advertisement