Sukses

Kabur dari Afghanistan, Presiden Ashraf Ghani Bantah Bawa Uang Negara

Presiden Ashraf Ghani kabur dari Afghanistan setelah Taliban merangsek masuk ke ibu kota Kabul.

Liputan6.com, Abu Dhabi - Mantan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, angkat bicara pada Rabu (18/8) usai kabur dari negaranya pada hari Minggu kemarin akibat Taliban yang menerobos masuk ke ibu kota Kabul. Ia berkata kabur tanpa membawa apapun.

Ghani membantah bahwa ia membawa kabur uang negara seperti yang dituduhkan duta besar Afghanistan. Ia berkata tak sempat pakai sepatu karena pergi secara buru-buru. Ia pun mengaku datang ke Uni Emirat Arab dengan tangan kosong.

"Saya diusir dari Afghanistan dengan sedemikian rupa sehingga saya bahkan tidak mendapat kesempatan untuk melepas sandal kamar saya dan memakai sepatu," ujar Ghani, dikutip Arab News, Kamis (19/8/2021).

Selain itu, Ghani mengklaim dirinya pergi dari Afghanistan demi menyelamatkan diri sendiri. Tuduhan itu ia sebut "tak berdasar."

Meski mengaku ia pergi secara buru-buru, foto keponakan Ashraf Ghani sempat viral di media sosial ketika ia menyempatkan diri memposting foto berestetika saat berjalan masuk ke pesawat pribadi untuk kabur dari Afghanistan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Takut Digantung?

Ghani mengaku tak ingin menyelamatkan diri sendiri, tetapi ia membicarakan bahwa presiden bisa digantung oleh Taliban. 

"Apabila saya tetap di sana, seorang presiden terpilih dari Afghanistan akan digantung lagi di depan mata rakyat Afghanistan," ujarnya.

Pada 1996, Presiden Muhammad Najibullah digantung oleh Taliban. Eksekusi Dr. Najib terjadi usai Taliban menguasai Kabul.

Ia pun berkata Taliban melanggar perjanjian dengan cara memasuki Kabul.

Namun, Ghani memberikan dukungan pada proses dialog antara anggota senior Taliban, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, serta Abdullah Abdullah.

Dr. Abdullah Abdullah merupakan politisi Afghanistan yang memimpin Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional untuk berunding dengan Taliban. Namun, kini Taliban malah menduduki Kabul.

Â