Liputan6.com, New Delhi - Seorang ilmuwan top dari WHO baru-baru ini mengatakan bahwa India mungkin telah mencapai tahap endemi COVID-19.Â
Dr Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada hari Selasa mengatakan bahwa India tampaknya "memasuki beberapa tahap endemisitas".
Melansir BBC, Kamis (26/8/2021), suatu penyakit digambarkan sebagai endemi ketika penyakit itu terus ada dalam wilayah geografis tertentu tetapi dampaknya dapat dikelola.
Advertisement
Baca Juga
Pernyataannya datang pada saat India telah melonggarkan pembatasan di tengah penurunan beban kasus COVID-19.Â
Jumlah kasus harian telah turun dari puncaknya yang mencapai 400.000 pada April lalu, menjadi sekitar 25.000 minggu ini.
Namun para ahli terus menyarankan tindakan pencegahan, dengan mengatakan kemungkinan gelombang ketiga masih membayangi. Dan mengingat ancaman varian baru dan populasi besar India, garis waktu kapan India benar-benar mencapai tahap endemik tetap menjadi pertanyaan terbuka.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebaran Meluas
Dalam sebuah wawancara dengan situs berita Wire, Swaminathan mengatakan bahwa India - seperti beberapa negara lain - sedang mencapai tahap di mana "tingkat penularannya rendah", tidak seperti "pertumbuhan eksponensial dan puncak yang kita lihat beberapa bulan lalu".
Tahap endemi penyakit apa pun tercapai ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap suatu penyakit - baik melalui vaksinasi atau melalui antibodi yang diperoleh dari infeksi sebelumnya.
Pada keadaan ini, penyebaran penyakit mulai melambat, jelas ahli epidemiologi Dr Lalit Kant.
Ahli virologi terkemuka Dr Shahid Jameel mengatakan endemi tidak berarti infeksi tidak terjadi.Â
"Itu hanya berarti itu tidak menyebabkan penyakit yang meluas."
Swaminathan menyarankan bahwa meskipun India akan terus mengalami "naik turun" di tingkat regional, tidak mungkin untuk melihat lonjakan infeksi yang luar biasa seperti yang terlihat selama gelombang kedua ketika pasien menderita kekurangan tempat tidur rumah sakit dan oksigen medis secara akut.
Dia menambahkan bahwa mengingat populasi India yang heterogen, akan ada puncak lokal di antara orang-orang "yang mungkin kurang terpengaruh oleh gelombang pertama dan kedua, atau di daerah di mana cakupan vaksinnya rendah".Â
Namun, dia mengatakan "tidak ada bola kristal" untuk memprediksi dengan pasti "kapan, di mana, dan seberapa buruk gelombang ketiga" dan "yang bisa dilakukan hanyalah membuat tebakan yang cerdas".
Advertisement