Sukses

Ledakan Bom Bunuh Diri di Afghanistan Ikut Tewaskan 12 Anggota Pasukan AS

Ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Afghanistan membuat 12 anggota pasukan AS meninggal.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah ledakan bom bunuh diri di Kabul yang diklaim oleh ISIS telah menewaskan 12 tentara AS pada Kamis (26/8) dan melukai 15 lainnya, kata seorang jenderal tinggi AS, menambahkan pasukan AS siap untuk serangan lebih lanjut bahkan ketika evakuasi berlanjut.

Setidaknya dua ledakan terjadi di antara kerumunan yang memadati gerbang bandara Kabu, yang tengah putus asa untuk meninggalkan Afghanistan sejak Taliban merebut kekuasaan hampir dua minggu lalu menjelang tenggat waktu Presiden Joe Biden 31 Agustus untuk menarik pasukan AS. Demikian seperti melansir Channel News Asia, Jumat (27/8/2021).

Dalam sebuah pernyataan, ISIS mengaku bertanggung jawab dan mengatakan salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan "penerjemah dan kolaborator dengan tentara Amerika".

Jenderal AS Frank McKenzie, kepala Komando Pusat AS, mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan bahwa ancaman dari ISIS tetap ada di samping "aliran ancaman aktif lainnya".

"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan kami berharap serangan itu berlanjut dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap menghadapi serangan itu," kata McKenzie.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Evakuasi AS

Evakuasi besar-besaran terhadap warga negara asing dan keluarga mereka serta beberapa warga Afghanistan telah berlangsung sejak sehari sebelum pasukan Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus.

Amerika Serikat telah berlomba untuk melakukan evakuasi jalur udara sebelum militernya akan ditarik sepenuhnya dari negara itu pada 31 Agustus.

Tidak ada indikasi dari Gedung Putih bahwa Biden berencana untuk mengubah target penarikan 31 Agustus sebagai akibat dari serangan tersebut, seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters.

Â