Sukses

Joe Biden Sindir Afghanistan Banyak Konflik Suku, Tak Pernah Bersatu

Usai serangan bom di bandara Kabul, Joe Biden berkata sudah Afghanistan sejak lama sulit bersatu karena banyak perseteruan suku.

Liputan6.com, Washington, D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan bahwa Afghanistan sudah lama memiliki masalah persatuan. Ucapan itu diberikan saat konferensi pers usai serangan bom bunuh diri di bandara Kabul. 

Biden mengecam tindakan itu, namun ia tidak menyesali kebijakan evakuasi AS, serta menegaskan ogah mengirim pasukan AS lagi untuk membangun Afganistan sebagai sebuah negara.

Ia lantas menyindir bahwa dari dulu Afghanistan itu berkonflik. 

"Saya tak pernah memandang bahwa kita harus mengorbankan nyawa orang-orang Amerika untuk mencoba mendirikan negara demokratis di Afghanistan. Negara yang tidak pernah sekalipun dalam sejarahnya menjadi negara bersatu," ujar Joe Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih, Kamis (26/8).

"Dan (Afghanistan) terdiri atas, saya tak bermasuk meghina, suku-suku berbeda yang tak pernah akur dengan satu sama lain," ujar Biden.

Berdasarkan kebijakan Joe Biden, AS sudah harus angkat kaki dari Afghanistan pada 31 Agustus 2021. Rencana itu mundur dari milik mantan Presiden Donald Trump agar mundur pada 1 Mei 2021.  

Biden berkata AS sudah menang di Afghanistan melawan Al-Qaeda dan menegaskan pasukan harus ditarik mundur setelah 20 tahun perang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

AS Waspada Serangan Susulan

Pasukan Amerika Serikat di Kabul bersiap menghadapi serangan tambahan ISIS, sambil menyelesaikan misi evakuasi warga mereka di Afghanistan.

Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (27/8/2021), 13 tentara AS tewas dalam serangan bom bunuh diri di bandara Kabul. 

Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa jumlah tentara AS yang tewas kemungkinan akan naik lagi.

Jenderal AS Frank McKenzie, kepala Komando Pusat militer AS, mengatakan bahwa ledakan itu terjadi menyusul insiden baku tembak di bandara.

"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan kami memperkirakan serangan itu berlanjut - kami berusaha melakukan segala upaya yang kami bisa untuk bersiap," kata McKenzie.

McKenzie menyebut potensi serangan kemungkinan termasuk serangan roket di bandara atau bom mobil.

Serangan itu menandai korban militer AS pertama di Afghanistan sejak Februari 2020 dan merupakan insiden paling mematikan bagi pasukan Amerika di Afghanistan dalam satu dekade.

3 dari 3 halaman

Infografis Taliban: