Sukses

Inggris Sudah Hengkang dari Afghanistan, PM Boris Johnson: Ini Hal yang Sulit

Gelombang terakhir tentara hingga pejabat Inggris telah meninggalkan Afghanistan, menandai 20 keterlibatan militer Britania Raya di negara tersebut.

Liputan6.com, London - Gelombang terakhir tentara, diplomat, pejabat, dan warga sipil Inggris telah meninggalkan Kabul Afghanistan, lapor London, dan menandai akhir dari 20 tahun keterlibatan militer Britania raya di negara Asia Selatan tersebut.

Kantor diplomatik Inggris di Afghanistan juga telah ditutup seutuhnya. Namun, misi diplomatik masih dilakukan dengan sangat terbatas dan dilaksanakan melalui perwakilan mereka di Doha, Qatar.

Inggris telah mengevakuasi total sekitar 15 ribu orang dari Afghanistan sejak 14 Agustus 2021, dengan 2.200 orang di antaranya adalah anak-anak, termasuk satu yang melahirkan di atas pesawat evakuasi yang diterbangkan oleh pemerintah Inggris.

Rincian lain dari angka itu antara lain: 5,000 WN Inggris beserta keluarganya dan 8,000 orang Afghanistan beserta keluarganya yang pernah bekerja untuk Inggris atau diizinkan untuk ikut dalam evakuasi negara Eropa itu.

Akan tetapi, sekitar 800 - 1.100 warga Afghanistan yang memenuhi syarat "tidak bisa diangkut" oleh Inggris. Sementara sekitar 100 - 150 WN Inggris memilih untuk tetap tinggal di negara yang kini dikuasai oleh Taliban.

PM Johnson: Ini Saat yang Sulit

Perdana Menteri Boris Johnson menggarisbawahi bahwa jatuhnya Kabul kembali ke tangan Taliban --yang diperangi Inggris bersama Amerika Serikat sejak 2001-- "merupakan hal yang sulit", terutama bagi komunitas militer Britania.

"Ini juga merupakan masa yang sulit bagi para orang terkasih dari 457 anggota militer Inggris yang mengorbankan nyawanya (dalam perang di Afghanistan)," tambah Johnson seperti dikutip dari BBC, Minggu (29/8/2021).

Namun Johnson tetap menjustifikasi keterlibatan militer karena "telah mencegah ancaman al-Qaeda dari Inggris selama dua dekade dan membuat kita aman sebagai hasilnya."

Soal masa depan kebijakan Inggris atas Afghanistan, Menteri Luar Negeri Britania, Dominic Raab merencanakan sejumlah sanksi. Namun, pertanyaan apakah itu akan benar-benar diterapkan "akan tergantung pada bagaimana Taliban 'memerintah'" Afghanistan --termasuk soal membuka peluang lanjutan bagi warga Afghanistan yang di masa depan masih menginginkan eksodus dari negara tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masa Depan Pengungsi Afghanistan di Inggris

Inggris juga telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk menangani gelombang baru pengungsi Afghanistan.

London telah mengangkat Menteri Urusan Pengungsi Afghanistan. Posisi itu diemban oleh Victoria Atkins yang telah menyiapkan rencana kebijakan bernama Operation Warm Welcome.

Kebijakan itu akan mengambil model dari program serupa yang dilakukan Inggris dalam menerima gelombang pengungsi Suriah. Inggris sebelumnya telah menampung 20 ribu pengungsi Suriah antara tahun 2014 - 2020.

Jumlah pengungsi Afghanistan juga akan diperkirakan berkisar di antara angka tersebut.

Pemerintah Inggris berencana menyiapkan sejumlah dukungan dan pemberdayaan, termasuk membantu peluang mendapatkan tempat tinggal serta pekerjaan.

Britania juga telah menyiapkan dana senilai 5 juta poundsterling untuk perumahan dan layanan kesehatan bagi para pengungsi Afghanistan yang tiba dalam gelombang evakuasi Agustus 2021 ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.