Sukses

Banyak Anak Indonesia Meninggal Akibat COVID-19 Disorot Media Asing

Indonesia kembali disorot dunia. Kali ini karena tingginya angka kematian anak karena COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia disorot media internasional karena tingginya angka kematian anak akibat COVID-19. Rata-rata di Indonesia tiga kali lebih tinggi ketimbang angka global.

Total kematian anak akibat virus corona di Indonesia mencapai 1 persen kematian nasional, sementara rata-rata global 0,3 persen menurut data UNICEF. Kabar ini muncul di tengah wacana sekolah tatap muka kembali digelar.

Dilaporkan Sky News, Selasa (31/8/2021), dokter Indonesia menyebut bahwa ada kenaikan kasus dan kematian anak sejak Juli 2021 ketika varian Delta menyebar.

Data Kementerian Kesehatan menyebut 1.272 anak telah meninggal. Dokter spesialis anak menyebut kondisi ini terkait sulitnya menerapkan protokol kesehatan ke anak.

"Protokol-protokol kesehatan sangat sulit diterapkan pada anak-anak," ujar dokter spesialis anak Agus Susanto kepada Sky News.

"Kedua, pemakaian masker di anak-anak sangat sulit diterapkan. Masker membuat anak-anak tidak nyaman. Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan kadang terlupakan," kata dr. Agus.

Ada juga faktor nutrisi yang disorot, serta penyakit penyerta. Beberapa kondisi yang berdampak negatif ke anak adalah malnutrisi, stunting, hingga obesitas, alhasil kondisi anak-anak Indonesia semakin rentan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Dampak Jangka Panjang

Dr. Agus Susanto turut menjelaskan bahwa COVID-19 pada anak ini bisa memberikan efek jangka panjang. Salah satunya kemampuan belajar anak serta dalam berkegiatan.

Di lain pihak, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Pendidikan Tinggi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim justru sedang mendorong agar sekolah tatap muka digelar. Vaksin juga tak menjadi syarat.

“Saya selalu bilang, konsepnya sangat jelas semua sekolah harus siap tatap muka mulai hari ini. Bahayanya semua daerah di level 4 gak siap-siap, tiba-tiba dia jadi level 3 lalu dia perlu berminggu-minggu lagi untuk preparasi,” ujar Nadiem dalam Raker bersama Komisi X DPR RI, Rabu (25/8).

Dalam kesempatan itu, Nadiem juga menegaskan vaksinasi terhadap guru serta tenaga kependidikan dan siswa tak menjadi syarat bagi sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Menurutnya seluruh sekolah yang daerahnya menerapkan PPKM Level 1-3 bisa mengadakan PTM terbatas.

"Saya ingin melakukan klarifikasi dan mohon dukungan. Saat ini yang boleh melakukan tatap muka (pembelajaran) adalah semua di PPKM Level 1-3 dan vaksinasi tidak menjadi kriteria atau harus menunggu vaksinasi dulu untuk boleh,” ujar Nadiem.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19: