Sukses

Kenang Korban COVID-19, Gambar 150 Ribu Hati Merah Hias Dinding Depan Parlemen London

Gambar ribuan hati merah di depan parlemen ini bertujuan untuk menghormati para korban COVID-19

Liputan6.com, London - Tugu peringatan resmi pemerintah untuk memperingati para korban COVID-19 mungkin baru akan ada bertahun-tahun ke depan. Namun, di Eropa, beberapa orang telah membuatnya sendiri. salah satu yang paling mencolok sejauh ini ada di London, di mana para sukarelawan melukis lebih dari 150.000 hati merah di dinding sepanjang tepi Sungai Thames.

Melansir dari laman npr, Kamis (2/9/2021), orang-orang berhenti dan menuliskan nama orang yang sangat mereka cintai --korban COVID-19, disertai pesan sebagai cara untuk mengenang mereka.

"Kami dengar jumlahnya naik 40.000, 50.000, 60.000, dan itu kehilangan makna,” kata Fran Hall, yang menggambar hati dengan kuas bulan lalu.  

Fan Hall, sukarelawan di balik kelompok yang tidak resmi tersebut - COVID-19 Bereaved Families for Justice UK - kehilangan suaminya, Steve Mead, 3 minggu setelah mereka menikah karena COVID-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Tekanan Terhadap Pemerintah

Kelompok tidak resmi, yang mulai melukis hati merah pada bulan Maret memilih tembok di seberang Parlemen inggris dan menekan pemerintah untuk memulai penyelidikan atas kesalahan penanganan pandemi.

“Ini adalah lokasi politik,” ujar Hall. “Para pengambil keputusan tak boleh melewatkan ini.”

Banyak yang mengkritik Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, karena bergerak terlalu lambat untuk mengatasi pandemi saat muncul di bulan-bulan awal 2020.

Sejak saat itu, Layanan Kesehatan Nasional Inggris telah memberi vaksinasi penuh ¾ orang dewasa di negara tersebut.

PM Boris Johnson mengumumkan di awal tahun 2021 bahwa penyelidikan terhadap penanganan pandemi oleh pemerintah akan dimulai pada musim semi 2022. Beliau berkata tak ingin memulai penyelidikan sebelum pemerintah yakin pandemi yang terburuk telah dilalui.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio