Sukses

Film Ghulam dari Malang Ramaikan Festival Europe On Screen 2021

Ghulam berkisah tentang film yang dianggap porno oleh masyarakat. Tapi dua pemuda tetap ngin menayangkan film itu.

Liputan6.com, Jakarta - Festival film Europe on Screen 2021 akan digelar secara virtual pada 15-27 September 2021. Para cinephile di seantero Nusantara dapat menikmati film-film yang tersedia secara gratis. 

Selain menampilkan film, ada berbagai acara menarik di Europe on Screen, seperti workshop film, serta pendanaan film pendek buatan sineas lokal. 

Tahun lalu, ada tiga proposal film yang menang, yakni Tour de Serpong (sutradara: Steven Vicky S.), Ghulam (Nashiru Setiawan), dan Marta, I'm Home (Patrick Warmanda). 

Judul ketiga film itu diumumkan pada konferensi pers Europe on Screen, Jumat (3/9/2021).

Tour de Serpong bercerita tentang pemuda yang melarikan diri untuk kuliah di Paris. Setelah ditipu agen beasiswa, ia malah terdampar di Serpong, Tangerang Selatan. 

Premis yang unik ditawarkan oleh film Ghulam. Pemuda bernama Ghulam dan Kecap nekat memutar film mereka yang dianggap porno oleh masyarakat setempat. Film Ghulam berasal dari kota Malang. 

Sementara Martha, I'm Home memberikan sensasi yang sangat berbeda dari dua film lainnya. Film ini menceritakan seorang ayah yang membawa peti mati ke kamarnya usai kematian sang istri. 

Pendanaan film pendek dilakukan secara rutin oleh Europe on Screen. Mereka menyambut sineas dari berbagai daerah untuk melakukan pitching kepada dewan juri.

Klik di sini untuk mengakses situs Europe on Screen.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Film Pendek di Pandemi COVID-19

Panitia penyelenggaran Europe on Screen, Meninaputri Wismurti, berkata tidak akan mendiskriminasi tema atau asal wilayah sutradara yang ingin mendapatkan pendanaan. 

Semua daerah yang memiliki ide dan pitching menarik akan mendapat peluang yang sama. Ia pun meminta agar sineas dari berbagai daerah agar ikut serta.

Terkait tema, Meninaputri menyebut juga akan mempertimbangkan apakah proyek film itu bisa berjalan, terutama saat pandemi COVID-19.

"Tidak terkait dengan etnografis," ujar Meninaputri. "Kita pasti akan melihat juga project atau proposal yang bisa dilaksanakan tentunya, apalagi di masa pandemi, semua industri di dunia, atau industri film pasti mengalami tantangan yang bear saat produksi film."

"Kami akan berusaha mencari project yang bisa dikerjakan selama masa ini," jelasnya.