Sukses

Vladimir Putin: Kampanye AS 20 Tahun di Afghanistan Berakhir Tragedi, Hasilnya Nol

Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik AS yang terlalu memaksakan norma-normanya di Afghanistan.

Liputan6.com, Moskow - Pemimpin Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa pendudukan 20 tahun AS mengakibatkan tragedi dan kerugian belaka bagi Washington dan rakyat Afghanistan.

Kampanye 20 tahun AS di Afghanistan berakhir tragedi dan Washington tidak mencapai apa pun, ujar Vladimir Putin, seraya menambahkan bahwa upaya tentara AS untuk menanamkan norma-norma mereka di Afghanistan adalah kesia-siaan.

Berbicara pada hari Rabu di pertemuan dengan remaja di Kota Vladivostok untuk menandai awal tahun ajaran, ia mengatakan: "Pasukan Amerika hadir di wilayah itu (Afghanistan) selama 20 tahun, dan selama 20 tahun itu mereka berusaha – ini bisa dikatakan tanpa menyinggung siapapun – untuk membudayakan masyarakat lokal, tetapi pada kenyataannya, untuk memaksakan norma dan standar hidup mereka dalam arti luas kata ini, termasuk organisasi politik masyarakat."

"Satu-satunya hasil adalah tragedi dan kerugian bagi mereka yang melakukan itu (AS) dan terutama bagi orang-orang yang tinggal di Afghanistan. Ini adalah hasil nol, jika tidak negatif."

Adalah suatu "kemustahilan memaksakan sesuatu dari luar".

Pemimpin Rusia tersebut memiliki rekam jejak mengkritik negara Barat karena mencoba memaksakan nilai-nilai mereka pada negara non-Barat, dan Moskow kerap mengecam kebijakan AS di Afghanistan, yang saat ini dibawah kendali Taliban.

Taliban telah mengejutkan pemimpin dan pengamat Barat dengan kemajuan pesatnya jelang penarikan Amerika pada 31 Agustus.

Pekan lalu, Putin mengatakan Rusia tidak akan mencampuri urusan di Afghanistan dan bahwa Moskow telah belajar dari pendudukan Soviet di negara itu. Moskow terlibat dalam perang 10 tahun di Afghanistan yang berakhir dengan penarikan pasukan Soviet pada 1989.

Putin pun mengeluhkan negara-negara Barat yang mencoba menempatkan pengungsi Afghanistan di negara Asia Tengah yang bersekutu dengan Moskow, khawatir Islam radikal akan menyebar ke negara-negara yang bersahabat dengannya.

Pada saat bersamaan, Moskow optimis secara hati-hati tentang kepemimpinan baru di Kabul dengan mengatakan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri. Namun, di dalam negeri pun Taliban masih terdaftar sebagai organisasi teroris.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Rusia Siap Bantu Afghanistan

Rusia telah mengevakuasi ratusan orang dari Afghanistan dan berencana untuk melakukan penerbangan lebih lanjut. Perwakilan khusus Putin di Afghanistan, Zamir Kabulov, mengatakan pekan lalu bahwa kedutaan Moskow sedang bekerja untuk menjalin hubungan dengan penguasa baru Taliban di Afghanistan.

Rusia siap membantu Afghanistan untuk membangun kembali ekonominya, kata Kabulov, mendesak negara-negara Barat untuk tidak membekukan aset keuangan pemerintah Afghanistan.

"Kami menjalin hubungan (dengan pejabat Taliban), kedutaan kami di Kabul bekerja cukup aktif dalam hal ini," katanya kepada televisi pemerintah Rusia. "Kami telah memiliki kontak seperti itu untuk waktu yang lama dan kami akan bekerja lebih jauh untuk mereka."

Belakangan ini, ada seorang pejabat Rusia yang menolak segala upaya melawan Taliban dengan mengatakan tidak ada alternatif nyata bagi kelompok tersebut.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio