Liputan6.com, Kabul - Pertempuran di Lembah Panjshir, tampat terakhir yang digadang-gadang sebagai area terakhir di Afghanistan yang bebas dari Taliban, terus berlanjut, dengan dua kubu yang bertempur mengklaim memegang kontrol wilayah tersebut.
Pasukan Taliban bergerak untuk merebut tempat itu, namun mendapatkan perlawanan dari kelompok resistan setempat.
Baca Juga
Pertempuran di Panjshir dilaporkan telah menewaskan ratusan orang, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (4/9/2021).
Advertisement
Lembah, di utara ibukota Kabul, adalah salah satu provinsi terkecil di Afghanistan dan satu-satunya yang tidak jatuh ke Taliban.
Kubu anti-Taliban tradisional adalah rumah bagi suatu tempat antara 150.000 dan 200.000 orang, dan tersembunyi di balik puncak gunung.
Perlawanan - yang mencakup mantan anggota pasukan keamanan Afghanistan dan milisi lokal - dipimpin oleh pemimpin suku setempat Ahmad Massoud. Ayahnya berhasil melawan Soviet yang menginvasi pada 1980-an, dan Taliban pada 1990-an.
Dalam pesan video yang dikirim ke BBC, Amrullah Saleh, mantan wakil presiden Afghanistan dan salah satu pemimpin pertempuran di Panjshir, mengatakan ada korban di kedua belah pihak.
"Tidak ada keraguan kami berada dalam situasi yang sulit. Kami berada di bawah invasi oleh Taliban," katanya.
Namun dia menambahkan: "Kami tidak akan menyerah, kami berdiri untuk Afghanistan."
Saling Klaim Kemenangan
Kelompok perlawanan, yang menamakan diri mereka National Resistance Front, mengatakan kepada BBC bahwa pasukannya telah mendorong Taliban ke kaki lembah.
"Ada lebih dari beberapa ratus Taliban yang terjebak. Dan mereka kehabisan amunisi dan mereka sedang menegosiasikan persyaratan penyerahan sekarang," katanya.
Tetapi para pejabat Taliban telah mengklaim kemenangan di daerah itu, dengan seorang komandan mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Dengan rahmat Allah Swt, kami mengendalikan seluruh Afghanistan. Para pembuat onar telah dikalahkan dan Panjshir sekarang berada di bawah komando kami."
Pertempuran terjadi ketika Taliban hendak mengumumkan pemerintahan baru dalam beberapa hari mendatang.
Uni Eropa juga mengatakan pihaknya berencana untuk membangun kembali kehadiran diplomatik di Kabul untuk mengawasi evakuasi dan memastikan bahwa pemerintah Afghanistan yang baru memenuhi komitmen pada isu-isu termasuk keamanan dan hak asasi manusia.
Tetapi kepala urusan luar negerinya Josep Borrell mengatakan keterlibatan apa pun akan tunduk pada kondisi yang ketat dengan mementingkan kepentingan rakyat Afghanistan.
Advertisement