Liputan6.com, Sao Paulo - Brasil menangguhkan ekspor daging sapi ke pelanggan nomer 1 di China setelah mengkonfirmasi dua kasus penyakit sapi gila "atipikal" di dua pabrik daging domestik.
Penangguhan ekspor itu diumumkan oleh Kementerian Pertanian Brasil pada Sabtu (4/9).
Baca Juga
Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penangguhan, yang merupakan bagian dari pakta kesehatan antara China dan Brasil dan dirancang untuk memberi waktu bagi Beijing untuk menangani masalah tersebut, segera dimulai.
Advertisement
"China akan memutuskan kapan mulai mengimpor lagi," tambah Kementerian Pertanian Brasil, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (5/9/2021).
Penangguhan tersebut pun merupakan pukulan besar bagi peternak Brasil, ketika China dan Hong Kong membeli lebih dari setengah ekspor daging sapi Brasil.
Kasus-kasus penyakit itu diidentifikasi di pabrik daging di negara bagian Mato Grosso dan Minas Gerais.
Disebutkan juga bahwa temuan tersebut merupakan kasus keempat dan kelima dari penyakit sapi gila "atipikal" yang telah terdeteksi di Brasil dalam 23 tahun.
Kementeria itu menambahkan, bahwa penyakit sapi gila "atipikal" berkembang secara spontan dan tidak terkait dengan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyakit Ditemukan Setelah Pengiriman Sampel
Kedua kasus itu dikonfirmasi pada Jumat (3/9) setelah sebuah sampel dikirim ke laboratorium Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) di Alberta, Kanada, kata Kementerian Pertanian Brasil
OIE kemudian diberitahu tentang dua kasus tersebut, sesuai dengan norma-norma internasional, terang kementerian itu.
Kementerian Pertanian Brasil mengatakan tidak ada risiko terhadap kesehatan hewan atau manusia.
Pemerintah Brasil pun berharap penangguhan itu segera dicabut.
Sektor agribisnis yang kuat di Brasil adalah salah satu pendorong utama ekonominya yang telah lama terdampak pandemi. China adalah mitra dagang utama Brasil, dan membeli sejumlah besar komoditasnya.
Advertisement