Liputan6.com, Jakarta - Baku tembak terdengar di kediaman presiden Guinea, Afrika Barat, pada Minggu 5 September pagi. Insiden itu terjadi dalam kudeta militer yang menyebabkan Presiden Alpha Conde ditahan tentara pemberontak dan perbatasan negara di tutup.Â
Menurut saksi, seperti dikutip dari AP, Senin (6/9/2021), militer menutup satu-satunya akses ke daerah tersebut. Televisi nasional mengumumkan bahwa pemerintah telah dibubarkan usai kudeta militer terjadi. Namun konstitusinya dinyatakan tidak sah dalam pengumuman yang dibacakan Kolonel Angkatan Darat Mamadi Doumbouya di televisi pemerintah.
Ia mengatakan "Tugas seorang tentara adalah menyelamatkan negara," dengan mengenakan bendera Guinea bersama beberapa tentara lainnya yang mendukung Doumbouya.Â
Advertisement
Blok regional Afrika Barat yang dikenal sebagai ECOWAS dengan cepat memberhentikan perkembangan tersebut dan mengancam sanksi jika Presiden Conde tidak segera dibebaskan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menulis di laman Twitter bahwa dia sangat mengutuk setiap pengambilalihan pemerintah dengan kekuatan senjata.
Departemen Luar Negeri AS juga memperingatkan terhadap kekerasan dan mendesak pihak berwenang di Guinea untuk menghindari tindakan "ekstra-konstitusional" yang hanya akan mengikis prospek Guinea untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Juru bicara pemerintah AS, Ned Price menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa "tindakan junta dapat membatasi kemampuan Amerika Serikat dan mitra internasional Guinea lainnya untuk mendukung negara itu."
Kondisi Presiden Alpha Conde
Keberadaan Conde tidak diketahui selama berjam-jam setelah pertempuran sengit pada Minggu 5 September di pusat kota Conakry hingga sebuah video muncul yang menunjukkan pemimpin berusia 83 tahun itu lelah dan kusut dalam tahanan militer. Junta kemudian merilis pernyataan yang mengatakan Conde telah melakukan kontak dengan dokternya.
Tetapi mereka tidak memberikan batas waktu untuk melepaskannya selain mengatakan, "Semuanya akan baik-baik saja. Ketika saatnya tiba, kami akan mengeluarkan pernyataan." Doumbouya kemudian mengonfirmasi ke televisi France 24 bahwa Conde berada di tempat aman dan telah menemui dokter.
Doumbouya, yang pernah menjadi komandan unit pasukan khusus tentara, meminta tentara lain untuk menempatkan diri mereka ke pihak rakyat dan tinggal di barak mereka. Kolonel angkatan darat itu mengatakan, dia bertindak demi kepentingan terbaik bangsa, dengan alasan kurangnya kemajuan ekonomi oleh para pemimpin sejak negara itu memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada 1958.
Seorang mantan diplomat AS di Conakry mengonfirmasi kepada The Associated Press bahwa presiden telah ditahan oleh para putschist atau orang-orang yang percaya bahwa pemerintah harus diganti dengan paksa. Diplomat yang melakukan kontak dengan pejabat Guinea, berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.
Â
Penulis: Vania Dinda Marella
Advertisement