Liputan6.com, Conakry - Junta militer merebut kekuasaan dari Presiden Guinea Alpha Conde. Akibat kudeta ini, politikus berusia 83 tahun itu harus pasrah melepaskan kekuasaan yang ia pegang sejak 2010.Â
Usai kudeta, Kolonel Mamadi Doumbouya menyampaikan d TV bahwa politik akan kembali diberikan kepada rakyat, bukan satu orang saja.Â
Advertisement
Baca Juga
Gejolak politik Guinea sebetulnya sudah terjadi sejak lama. Kondisi juga diperparah oleh ambisi Presiden Conde untuk berkuasa selama 3 periode. Konstitusi pun dimodifikasi demi memenuhi syahwat politiknya.
Pada Maret 2020, Conde melaksanakan referendum agar mengubah konstitusi agar periode jabatan presiden diganti. Dalam konstitusi baru, ada pula program sosial seperti melarang sunat perempuan dan kawin paksa. Referendum konstitusi itu lantas menang besar.
Selanjutnay BBC melaporkan Conde memenangkan 59,5 persen suara pada Oktober 2020. Alhasil, ia lanjut periode ketiga. Belum setahun ia menikmati periode ketiga, Conde sudah dikudeta junta militer.Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lokasi Tak Diketahui
Presiden Conde kini masih berada di tangan junta militer. Meski demikian, pihak junta menjamin Conde dalam keadaan baik dan bersama dokter.Â
"Segalanya akan baik-baik saja. Ketika saatnya tiba, kami akan mengeluarkan pernyataan," ujar pihak junta militer.Â
Meski beredar video selebrasi masyarakat terhadap lengsernya Conde, Komunitas internasional sudah mengecam kudeta yang terjadi.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) siap memberikan sanksi jika Conde tak dilepas. Kritikan pun sudah datang dari PBB.Â
Advertisement