Sukses

Mengapa Alkohol Dipakai Sebagai Pengawet? Ini Kata Ahli

Mengapa banyak teknik pengawetan menggunakan alkohol?

Liputan6.com, Jakarta - Teknik pengawetan menggunakan alkohol disebut fluid preservation (pengawetan cairan). Metode ini banyak terlihat kala mengunjungi laboratorium atau museum, di mana bola mata murni atau makhluk kecil yang mati mengambang di toples kaca.

Para ilmuwan telah mengandalkan metode itu sejak tahun 1600-an untuk melestarikan spesimen mereka, menurut American Museum of Natural History. Jika melakukan metode pengawetan alkohol dengan tepat akan mempertahankan sampel selama ratusan tahun.

Bagaimana cara kerjanya?

Bill Carroll, asisten profesor Kimia di Indiana University Bloomington, mengatakan kepada Live Science "panjang dan pendeknya racun bagi jenis mikroorganisme akan menyebabkan pembusukan". Wine sebagai contoh, ragi akan memakan gula dari anggur dan kemudian mengeluarkan alkohol. Tetapi ragi mengeluarkan begitu banyak alkohol sehingga konsentrasinya menjadi beracun dan membunuh ragi, kandungan alkohol yang terkandung sekitar 14% membantu menunda pertumbuhan bakteri selama bertahun-tahun.

Mengutip Live Science, Selasa (7/9/2021), Katherine Maslenikov selaku manajer koleksi ikan di Museum Burke Seattle mengatakan untuk mengawetkan bahan organik lainnya, seperti DNA, jaringan atau bahkan seluruh hewan membutuhkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi, khususnya etanol untuk penyimpanan jangka panjang.

Maslenikov mengambil spesimen ikan lalu menyuntiknya dengan formalin untuk menghentikan proses biologis internal, seperti reaksi enzimatik dan degradasi jaringan. Lalu spesimen tersebut direndam dalam toples alkohol 70% yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri, selain itu ada air 30% berfungsi untuk jaringan akan tetap terhidrasi yang membantu ikan mempertahankan bentuknya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kegunaan Alkohol dalam Pengawetan

Alkohol pada konsentrasi yang lebih tinggi, misalnya etanol 95% bekerja sebagai dehidran untuk menghilangkan dan mengganti air di dalam sel, jaringan, atau spesimen seluruh tubuh dengan alkohol. Kurangnya air menyebabkan perubahan protein yang peka terhadap air, denaturasi atau mengeras ditempat.

Untuk memutuskan berapa persen alkohol yang akan digunakan memang sulit, semua tergantung pada apa yang akan dipertahankan, terlalu banyak atau terlalu sedikit kadar alkohol dapat mempengaruhi bentuk dan fleksibilitas sampel, bahkan menurunkan kemampuannya untuk mengawetkan sampel dalam larutan.

Menggunakan alkohol konsentrasi tinggi bisa mengeringkan dan mengawetkan spesimen. Tetapi menurut Maslenikov proses ini juga dapat membuat spesimen menjadi layu karena kehilangan kadar air.

Sementara itu, terlalu banyak air dapat membuat spesimen cepat rusak karena ia mengencarkan alkohol. Christopher Rogers, seorang profesor di Kansas Biological Survey dan Pusat Penelitian Ekologi di University of Kansas mengatakan pada Live Science, jika air dapat mengencerkan alkohol berarti konsentrasi alkohol mungkin tidak cukup kuat untuk membunuh mikroorganisme yang bersembunyi lebih dalam di spesimen seperti usus pada hewan utuh.

Sangat penting untuk mengganti alkohol kurang lebih 24 jam setelah pengawetan makhluk, karena hal ini meningkatkan konsentrasi larutan alkohol.

 

Penulis : Alicia Salsabila