Liputan6.com, Conakry - Pandemi COVID-19Â tidak menjadi halangan bagi sebagian kelompok untuk melakukan manuver politik. Sebelumnya ada kudeta di Myanmar, Taliban rebut kekuasaan, PM Malaysia lengser, dan kini kudeta terjadi di Guinea.Â
Kudeta di Guinea terjadi setahun setelah eks-Presiden Alpha Conde mencoba mengotak-atik konstitusi negaranya agar ia bisa menjabat tiga periode.Â
Advertisement
Baca Juga
Kabar dari Guinea menjadi sorotan pembaca isu global di Liputan6.com, Selasa (7/9/2021).Â
Pembaca juga tertarik dengan sejarah Perang Dunia II tentang bagaimana Adolf Hitler memicu perang tersebut, serta pasukan Taliban yang berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan.
Berikut daftar artikelnya:
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Kudeta Guinea
Baku tembak terdengar di kediaman presiden Guinea, Afrika Barat, pada Minggu 5 September pagi. Insiden itu terjadi dalam kudeta militer yang menyebabkan Presiden Alpha Conde ditahan tentara pemberontak dan perbatasan negara di tutup.Â
Menurut saksi, seperti dikutip dari AP, Senin (6/9), militer menutup satu-satunya akses ke daerah tersebut. Televisi nasional mengumumkan bahwa pemerintah telah dibubarkan usai kudeta militer terjadi. Namun konstitusinya dinyatakan tidak sah dalam pengumuman yang dibacakan Kolonel Angkatan Darat Mamadi Doumbouya di televisi pemerintah.
Â
Advertisement
2. Pemicu Perang Dunia II
Perjanjian Versailles 1919 mungkin menjadi latar belakang, namun pemicu utama Perang Dunia II diyakini adalah sosok 'paling antagonis' dalam sejarah: Adolf Hitler.
Sejumlah besar sejarawan sepakat, Perang Dunia II disebabkan penyelesaian Perang Dunia I yang dianggap tak memuaskan.
Perjanjian itu tak hanya menyebabkan Jerman kehilangan sebagian wilayah koloni, sanksi finansial serta isolasi, tentara Jerman juga 'dilucuti'. Sejumlah pembatasan militer diberlakukan, untuk mencegah negara tersebut kembali memicu perang.
Â
3. Taliban Nyatakan Menang di Lembah
Taliban telah menyatakan kemenangan atas provinsi Panjshir di timur laut ibu kota Kabul, kantong terakhir wilayah yang tetap berada di luar kekuasaan mereka.
Melansir BBC, Selasa (7/9/2021), kelompok itu memposting rekaman secara online yang menunjukkan para anggota mereka mengibarkan bendera di sana pada Senin (6/9).
Â
Advertisement