Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan pesawat yang diduga disebabkan oleh kesalahan pilot dan kegagalan untuk mengikuti pedoman keselamatan mungkin menyebabkan jatuhnya pesawat Air India Express pada Agustus tahun lalu.
Pesawat penumpang dengan 190 orang di dalamnya jatuh di bandara Calicut di negara bagian selatan Kerala, menewaskan 21 orang.
Advertisement
Melansir BBC, Senin (13/9/2021), Boeing 737, yang terbang dari Dubai, tergelincir dari landasan saat hujan dan pecah menjadi dua setelah mendarat.
Penerbangan itu memulangkan warga India yang terdampar akibat krisis virus corona.
Korban tewas termasuk kedua pilot. Tujuh puluh lima penumpang terluka parah.
Pesawat itu jatuh saat berusaha mendarat untuk kedua kalinya. Upaya pertama dibatalkan oleh pilot karena curah hujan musim muson yang deras melanda Kerala.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelanggaran Prosedur oleh Pilot
Laporan Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India mengatakan ada beberapa "pelanggaran" prosedur operasi sebelum mendarat oleh pilot.
Mereka termasuk bahwa tidak melakukan "pengarahan yang memadai" untuk pendaratan dengan angin penarik dalam hujan dan visibilitas yang buruk, serta kegagalan untuk "menghitung data pendaratan yang akurat dengan cepat dalam kondisi cuaca buruk", berkontribusi pada kecelakaan itu.
Sebuah wiper kaca depan yang tidak berfungsi juga telah mengganggu visibilitas, kata laporan setebal 257 halaman itu.
Pilot juga "tidak membuat pengumuman wajib bagi awak kabin untuk duduk pada pendekatan pertama untuk mendarat ... Ini adalah kelalaian yang sangat serius dan membahayakan awak kabin", kata laporan itu.
Laporan itu menambahkan bahwa "kegagalan sistemik" juga bisa berkontribusi pada kecelakaan itu.
"Ini biasanya terjadi karena budaya keselamatan yang berlaku yang menimbulkan kesalahan, kesalahan dan pelanggaran tugas rutin yang dilakukan oleh orang-orang yang beroperasi di dalam sistem," katanya.Â
Kecelakaan pesawat telah terjadi sebelumnya selama musim hujan, di India yang berlangsung dari Juni hingga September dan mendatangkan malapetaka di seluruh Asia Selatan setiap tahun.
Advertisement