Liputan6.com, Kabul - Mantan Duta Besar Amerika Serikat di Beijing, Max Baucus, mengungkap kepentingan China yang mendekati Taliban. Ia berkata China ingin mengamankan daerah perbatasannya yang tersambung ke wilayah Asia Tengah.
Area yang jadi sorotan adalah Turkistan Timur yang berbatasan dengan Xinjiang. Baucus berkata China tak ingin ada teroris yang berkolaborasi dengan kelompok ekstremis Gerakan Islam Turkistan Timur.
Advertisement
Baca Juga
"Kekhawatiran besar mereka itu Turkistan Timur. Mereka akan bekerja dengan Taliban untuk membantu memastikan sedikitnya terorisme dari Afghanistan," ujar Max Baucus seperti dilaporkan CNBC, Senin (13/9/2021).
Meski begitu, Baucus menyebut China akan sangat hati-hati. Ia juga menilai China tak berniat menguasai Afghanistan, seperti yang negara-negara lain coba.
Kedekatan China dengan Taliban lantas dinilai bisa menyulitkan AS yang baru saja menarik mundur pasukan dari Afghanistan.
"Kita belum punya kebijakan yang didefinisikan secara jelas untuk China, dan sekarang penarikan mundur ini akan merumitkan perkembangan kebijakan strategis terhadap China," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Afghanistan di Bawah Taliban Jadi Tanah Impian bagi Militan
Dua puluh tahun setelah kelompok teror Al- Qaeda - yang berbasis di Afghanistan - melancarkan serangan teror 11 September terhadap Amerika Serikat, kini ada indikasi generasi baru teroris sedang berusaha untuk menjadikan negara itu sebagai basis mereka.
Tampaknya didorong oleh pengambilalihan Taliban setelah penarikan pasukan AS dan NATO, teroris di bagian-bagian lain dunia berbicara tentang melakukan perjalanan, menurut para pejabat kontraterorisme dan berbagai analis.
“Tidak ada keraguan bahwa obrolannya tentang ini,” kata Edmund Fitton-Brown, koordinator tim PBB yang memantau kelompok ISIS, Al- Qaeda dan Taliban, Jumat (10/9), seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/9).
Pejabat-pejabat AS yang berbicara kepada VOA dengan syarat anonim untuk membicarakan maalah intelijen menolak mengomentari “obrolan” secara spesifik, tetapi mereka tidak mengecilkan potensi ancaman.
Beberapa badan intelijen memperingatkan bahwa Afghanistan sudah melihat “tetesan” militan asing yang masuk awal tahun ini, sebelum selesainya penarikan militer AS.
Namun, apakah “tetesan” itu akan berkembang menjadi “aliran” yang lebih besar masih belum diketahui.
Advertisement