Liputan6.com, Arktik - Perusahaan biosains dan genetika Colossal dari Amerika Serikat berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 15 juta (Rp 213 miliar) untuk menciptakan mammoth KW dari zaman purba. Rencananya, hewan raksasa itu akan dilepas di Arktik, Kutub Utara.
Mammoth sudah punah puluhan ribu tahun yang lalu. Para ilmuwan ingin menciptakan hibrida gajah-mammoth dengan membuat embrio di laboratorium. Embrio-embrio itu akan mengandung DNA mammoth.
Advertisement
Berdasarkan laporan The Guardian, Selasa (14/9/2021), proyek ini akan dimulai dengan mengambil sel kulit gajah Asia yang juga terancam punah, lalu sel itu diprogram ulang agar menjadi lebih versatil sehingga bisa mengandung DNA mammoth.
Untuk gen yang terkait tubuh mammoth, peneliti akan membandingkan genom yang diekstrasi dari mammoth yang membeku dengan genom dari gajah Asia.
Hal itu bertujuan mengidentifikasi gen-gen terkait bulu mammoth yang lebat, lemak yang tebal, dan kemampuan lain hewan purba itu untuk beradaptasi dengan iklim dingin.
Embrio-embrio itu kemudian akan diberikan ke ibu pengganti (surrogate mother), atau rahim artifisial. Harapannya, peneliti bisa menyambut bayi-bayi mammoth itu dalam enam tahun.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mammoth Hibrida
Profesor genetika dari Universitas Harvard, George Church, ikut terlibat dalam penelitian ini. Ia menegaskan bahwa mammoth yang lahir adalah gajah yang mirip mammoth.
"Tujuan kita adalah membuat gajah yang resisten terhadap dingin, tetapi ia akan terlihat dan bertingkah seperti mammoth," ujar Church kepada The Guardian.
"Ini bukannya karena kita ingin menipu siapapun, tetapi karena kita ingin sesuatu yang secara fungsional mirip dengan mammoth yang akan menikmati waktunya di minus 40 derajat celcius, dan melakukan hal-hal yang gajah dan mammoth lakukan, terutama meruntuhkan pohon," lanjutnya.
Meruntuhkan pohon itu merujuk kepada upaya membuka lahan di Arktik. Dengan cara itu, para hewan tersebut bisa membuka lahan untuk rerumputan di Arktik, sehingga melawan dampak perubahan iklim.
Meski demikian, ilmuwan meragukan tujuan tersebut. Pasalnya, butuh sangat banyak mammoth untuk meraihnya.
"Pemikiran personal saya terkait justifikasi tersebut, yakni ide bahwa kamu bisa melakukan rekayasa geo pada lingkungan Arktik menggunakan kawanan mammoth, tidaklah plausible," ujar Dr. Victoria Herridge, pakar biologi evolusi dari Natural History Museum.
Victoria menjelaskan bahwa butuh ratusan ribu mammoth untuk meraih tujuan itu, sementara satu mammoth saja butuh 30 tahun untuk meraih usia dewasa.
Advertisement