Sukses

Bandara Kabul Siap Buka Jadwal Penerbangan Internasional

Bandara Kabul rusak dengan banyak fasilitasnya hancur selama penarikan pasukan Amerika Serikat dan warga negara AS lainnya pada 31 Agustus 2021.

Liputan6.com, Kabul - Bandara Kabul akan segera membuka jadwal penerbangan internasional. Kini, sejumlah upaya sedang dilakukan untuk mengatasi masalah teknis, demikian disampaikan oleh direktur bandara di Afghanistan, Abdul Hadi Hamadani.

"Penerbangan domestik sudah dimulai dan penerbangan internasional akan segera dimulai," kata Hamadani kepada media lokal Afghanistan, demikian dikutip dari Xinhua, Rabu (15/9/2021).

"Tengah ada upaya untuk menghilangkan sisa 10 hingga 15 persen masalah teknis di bandara," tambahnya.

Dia membuat pernyataan setelah pendaratan pesawat Pakistan International Airlines (PIA) di bandara Kabul pada Senin (13/9).

Bandara Kabul rusak dengan banyak fasilitasnya hancur selama penarikan pasukan Amerika Serikat dan warga negara AS lainnya pada 31 Agustus 2021.

Hamadani juga mengkonfirmasi bahwa bandara telah menerima pesawat yang membawa bantuan kemanusiaan dari sejumlah negara. Yang meliputi; Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Kazakhstan dan Pakistan, menambahkan bahwa penerbangan serupa dari Rusia dan Turki diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari mendatang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Update Terbaru Soal Afghanistan

Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin (13/9) mendesak masyarakat internasional untuk terlibat dengan Taliban dan memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan kepada warga Afghanistan, ketika penerbangan komersial asing pertama meninggalkan Kabul - sebuah tanda harapan bagi mereka yang masih tinggal di sana dan mencoba meninggalkan negara itu.

Guterres berada di Jenewa untuk menjadi tuan rumah konferensi donor yang bertujuan mengumpulkan ratusan juta dolar untuk negara yang dilanda kekerasan, yang diambil alih oleh Taliban bulan lalu dalam serangan kilat yang mengejutkan pasukan AS yang mundur  seperti mengutip Channel News Asia.

Seruan kilat diluncurkan di tengah kekhawatiran bahwa kekurangan gizi membayangi banyak orang, dan bahkan kelaparan, dengan perpindahan massal di negara itu dan musim dingin yang semakin dekat.

Guterres mengatakan dia yakin bantuan untuk memperbaiki hak asasi manusia, di tengah kekhawatiran akan kembalinya pemerintahan brutal yang menjadi ciri rezim Taliban pertama dari tahun 1996 hingga 2001.

"Tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan di Afghanistan tanpa melibatkan otoritas de facto," kata Sekjen PBB kepada para menteri yang menghadiri pembicaraan Jenewa.

"Sangat penting untuk terlibat dengan Taliban pada saat ini".

Guterres mendesak negara-negara untuk "menemukan cara yang memungkinkan untuk melakukan suntikan dana dalam ekonomi Afghanistan" untuk mencegah keruntuhan langsung yang akan memiliki "konsekuensi yang menghancurkan" bagi Afghanistan dan kawasan yang lebih luas.

"Saya tidak berpikir bahwa jika otoritas de facto suatu negara berperilaku buruk, solusinya adalah melakukan hukuman kolektif kepada rakyatnya," katanya.