Sukses

Taliban Tak Izinkan Wanita Berpartisipasi dalam Seluruh Kegiatan Olahraga

Kelompok militan Taliban tak mengizinkan wanita untuk terlibat dalam segala jenis kegiatan olahraga.

Liputan6.com, Kabul - Kelompok militan Taliban telah mengizinkan segala jenis kegiatan olahraga, mulai dari renang hingga sepak bola, lari hingga menunggang kuda, yang bahkan jumlahnya mencapai 400 jenis cabang olahraga. Namun, kaum wanita tidak diizinkan untuk melakukan jenis kegiatan olahraga apapun.

"Tolong jangan bertanya lebih banyak tentang wanita," kata Bashir Ahmad Rustamzai, selaku kepala direktorat pendidikan jasmani dan olahraga Afghanistan yang setingkat dengan kementerian olahraga.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (15/9/2021), Rustamzai, mantan juara kung fu dan gulat bertubuh kekar dengan janggut hitam dan putih lebat, ditunjuk kelompok militan itu menjadi direktur jenderal olahraga dan pendidikan jasmani Afghanistan.

Pernah menjadi ketua federasi gulat ketika Taliban terakhir berkuasa, Rustamzai kemudian bekerja dengan pemerintah yang didukung Barat, sebelum berselisih dengan mereka karena "korupsi yang meluas," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Tolak Jawab Hak Perempuan Berolahraga

Dalam penampilannya menganakan sorban hitam khas Taliban, Rustamzai berulang kali mengelak pertanyaan soal olahraga oleh kaum perempuan.

Selama rezim brutal dan menindas para ekstremis dari 1996 hingga 2001, wanita sepenuhnya dilarang bermain olahraga apa pun sementara olahraga pria dikontrol dengan ketat. Perempuan juga sebagian besar dilarang dari pendidikan dan pekerjaan.

Stadion olahraga secara teratur digunakan untuk eksekusi publik.

"Kami tidak akan melarang olahraga apa pun, kecuali tidak sesuai dengan hukum syariah ... ada 400 jenis olahraga yang diizinkan," kata Rustamzai.

Tak lama setelah itu, dia menyaksikan demonstrasi oleh pemuda Afghanistan, beberapa meluncur di atas roller blades, dan mengibarkan bendera putih Taliban.

Rustamzai mengatakan bahwa mematuhi hukum Islam berarti sedikit perubahan dalam praktik dibandingkan dengan negara lain.

"Itu tidak banyak berubah," katanya, seraya mencatat bahwa, misalnya, pemain sepak bola atau petinju Muay Thai harus mengenakan "celana pendek sedikit lebih panjang, yang jatuh di bawah lutut".

Mendorong partisipasi perempuan, dia mengatakan dia masih menunggu keputusan dari pimpinan tertinggi Taliban.

"Kita bisa membayangkan hal yang sama seperti di universitas: mengizinkan perempuan untuk berolahraga, tetapi terpisah dari laki-laki," kata salah satu penasihatnya.

Namun Rustamzai tidak mau memastikannya secara langsung.

Aturan baru di universitas memungkinkan perempuan untuk terus belajar selama mereka benar-benar dipisahkan dari laki-laki, dan mematuhi aturan berpakaian jubah abaya dan cadar niqab. Kurikulum juga akan dikontrol.

3 dari 3 halaman

Wanita Disebut Tak Perlu Berolahraga

Pekan lalu, wakil kepala komisi kebudayaan Taliban, Ahmadullah Wasiq, mengatakan bahwa "tidak perlu" bagi perempuan untuk berolahraga.

"Dalam kriket, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak akan ditutup," kata Wasiq kepada penyiar Australia SBS. 

"Islam tidak mengizinkan wanita terlihat seperti ini."

Tetapi Taliban sudah berada di bawah tekanan, terutama untuk kriket, di mana peraturan internasional menyatakan bahwa negara-negara juga harus memiliki tim wanita yang aktif untuk ambil bagian dalam pertandingan uji.

Ketua Dewan Kriket Afghanistan (ACB) Azizullah Fazli kemudian mengatakan kepada SBS Radio Pashto bahwa dia masih berharap para wanita bisa bermain.

"Segera, kami akan memberi Anda kabar baik tentang bagaimana kami akan melanjutkan," katanya.

Namun Rustamzai menjauhkan diri dari pertanyaan soal masa depan olahraga wanita.

"Pendapat dari para tetua kami (Taliban senior) penting," katanya. 

"Jika mereka meminta kami untuk mengizinkan wanita, kami akan - jika tidak, kami tidak akan melakukannya. Kami menunggu pengumuman mereka."